Nama : Lailatul Musyarrafah
NIM : 150210204074
Fakultas : Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Tugas : Pengantar Ilmu Pendidikan
PENDIDIKAN ADALAH BUDAYA MANUSIA
Pendidikan secara umum berarti daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti ( kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek) dan tubuh anak.
Pendidikan merupakan sarana terbaik untuk menciptakan
suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan dengan
tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara
intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari
adanya perkembangan-perkembangan disetiap cabang pengetahuan manusia.
Pendidikan bertujuan membentuk manusia agar
dapat menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu
bersosialisasi dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
dalam upaya mempertahahankan kelangsungan hidup.
Kebudayaan merupakan dasar dari praksis pendidikan,
maka bukan saja seluruh proses pendidikan berjiwakan kebudayaan nasional,
tetapi juga seluruh unsur kebudayaan harus diperkenalkan dalam proses
pendidikan. Kebudayaan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
nilai sikap, makna, hirarkhi, agama, waktu, peranan hubungan ruang, konsep alam
semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang
dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.
Kebudayaan merupakan serangkaian aturan, petunjuk,
resep, rencana, dan strategi, yang terdiri atas serangkaian model kognitif yang
digunakan secara selektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan
lingkungan yang dihadapinya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri,
secara proses mentransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan. Pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan, karena pendidikan adalah upaya memberikan pengetahuan dasar sebagai bekal
hidup (kebudayaan). Pendidikan
merupakan proses transformasi budaya, pewarisan budaya, dan sekaligus
pengembangan budaya. Pendidikan sebagai
transformasi budaya dapat dikatakan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu
generasi ke generasi yang lainnya. Manusia akan menghasilkan
kebudayaan yang baik jika di topang oleh pendidikan yang luas.
Cipta
(pikiran atau akal), rasa (perasaan), karsa (niat atau kemauan) dan karya
(perbuatan yang membuahkan hasil) merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Cipta ialah kekuatan yang membuat gambar-gambar
terhadap rencana dan segala sesuatu yang telah terjadi berupa Citraan
(gambaran) yang ada di benak kita. Kemudian Rasa ialah
kekuatan halus yang menyelimuti dan menyatu dari setiap gambar-gambar atau
citraan terhadap segala sesuatu yang membawa kesan, hal ini sering kita namakan
perasaan (emosi pribadi). Dan yang terakhir adalah Karsa atau
kehendak/tekad. Inilah kekuatan yang menggerakkan segala Cipta dan Rasa itu
menjadi terlaksana.Cipta, rasa, karsa dan karya berada dalam satu wilayah yang
bernama pribadi atau jati diri manusia, disimbolkan tokoh Ksatria. Gambaran
manusia ideal adalah merupakan gambaran pribadi manusia yang utuh, dimana
cipta, rasa, karsa dan karya dapat menempati fungsinya masing-masing dengan harmonis,
untuk kemudian berjalan seiring menuju cita-cita yang luhur. Dengan demikian
menjadi jelas bahwa antara Ksatria dan panakawan mempunyai hubungan signifikan.
Tokoh ksatria akan berhasil dalam hidupnya dan mencapai cita-cita ideal jika
didasari sebuah pikiran jernih (cipta), hati tulus (rasa), kehendak, tekad
bulat (karsa) dan mau bekerja keras (karya).
CONTOH :
Seorang bayi yang lahir di dalam suatu lingkungan budaya atau kebiasaa-kebiasaan tertentu.
Larangan, anjuran dan ajakan tertentu seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Seperti sikap, cara berbicara, bahasa, cara menerima tamu, makan, bercocok tanam dan lain-lain.
Nilai-nilai kebudayaan disalurkan/diwariskan
dari generasi tua ke generasi muda. Penyaluran/pewarisan nilai-nilai kebudayaan inilah
yang bisa digolongkan dalam pendidikan. Nilai-nilai
yang masih cocok diteruskan misalnya, nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung
jawab dan lain-lain, nilai yang kurang cocok diperbaiki misalnya, tata cara
perkawinan, dan nilai yang tidak cocok diganti misalnya, pendidikan seks yang
dulu diasingkan diganti dengan pendidikan seks melalui pendidikan formal.
Disini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak semata-semata mengenalkan
budaya tapi juga
harus ada penyesuaian dengan jaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi,
serta perkembangan proses pemikiran manusia. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan peserta didik menjadi lebih baik lagi di hari esok dan menyempurnakan perkembangan
individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaaan, sikap dan sebagainya.
Contoh-contoh yang menentukan
manusia sebagai makhluk berbudaya, misalnya kebiasaan masyarakat untuk
mengadakan sholawatan dalam rangka menyambut maulid nabi besar Muhammad SAW,
budaya bau nyale di wilayah Nusa Tenggara Barat, saweran pada acara pernikahan,
dan berbagai macam budaya lain di Nusantara ini yang sampai sekarang masih
tetap dilaksanakan karena kepercayaan mereka kepada nenek moyang mereka
sekaligus sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk berbudaya.
Contoh pengaruh globalisasi budaya
yang bersumber dari kebudayaan Barat pada era sekarang ini adalah masuknya
nilai-nilai budaya global yang dapat memberi dampak negatif bagi perilaku
sebagian masyarakat Indonesia. Misalnya pola hidup konsumtif, hedonisme,
pragmatis, dan induvidualistik. Akibatnya nilai-nilai asli kebudayaan bangsa
seperti rasa kebersamaan dan kekeluargaan lambat laun bisa hilang dari
masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan
yang dimiliki.
Berikut 3
Argumen untuk mengukuhkan peradaban manusia:
1.
Melalui pendidikan kemampuan kognitif dan daya
intelektual individu dapat ditumbuhkembangkan dengan baik.
2.
Melalui sistem persekolahan, mengenai pentingnya
memangun tatanan hidup bermasyarakat (entitas sosial).
3.
Pendidikan merupakan wahana palig efektif untuk
menganut integrasi sosial politik.
0 komentar:
Posting Komentar