Rabu, 20 April 2016

PENANAMAN SIKAP TOLERANSI BERAGAMA DI SEKOLAH DASAR MELALUI METODE Kw-Di




MAKALAH

PENANAMAN SIKAP TOLERANSI BERAGAMA DI SEKOLAH DASAR
MELALUI METODE Kw-Di
 (Menanamkan Nilai-nilai Toleransi Dalam Pluralisme Beragama Pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangtengah, Kec. Gayam Kab. Sumenep)
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester 1 matakuliah ”Pendidikan Kewarganegaraan” yang dibina oleh Drs. Iman Muchtar, S.H, M.Hum
dan Fajar Surya Hutama, S.pd, M.Pd


Disusun oleh:

Lailatul Musyarrafah
(150210204074)
Kelas B

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul “Penanaman Sikap Toleransi Beragama di Sekolah Dasar melalui Metode Kw-Di (Menanamkan Nilai-nilai Toleransi Dalam Pluralisme Beragama Pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangtengah, Kec. Gayam Kab. Sumenep) untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester 1 matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1.        Kedua Orang tua penulis karena berkat do’a, dukungan dan semangatnya, bisa menyelesaikan makalah ini.
2.        Bapak Drs. Iman Muchtar, S.H, M.Hum, selaku guru Pembimbing 1, yang memberikan dorongan, masukan kepada penulis.
3.        Bapak Fajar Surya Hutama, S.pd, M.Pd, selaku guru Pembimbing 2, yang memberikan dorongan, masukan kepada penulis.
4.        Semua rekan mahasiswa, yang banyak memberikan materi pendukung, masukan, serta semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.


                                                                                        Jember, 24 Nopember 2015

                                                                                             Lailatul Musyarrafah




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
1.4 Manfaat 2




BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun Indonesia bukanlah negara Islam, yang hanya memakai hukum dan perundang-undangan Islam. Indonesia adalah Negara yang memiliki beraneka ragam budaya, adat, kepercayaan dan agama. Indonesia memiliki agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, Konghucu dan berbagai kepercayaan yang selalu terpelihara di bawah naungan dasar Pancasila. Keanekaragaman tersebut tidak begitu saja tercipta, tanpa adanya upaya maksimal yang komprehensif dari seluruh elemen masyarakat yang didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah.
Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengannya salah satunya adalah perbedaan agama.
Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Oleh karena itu, kita sebagai warga Negara sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.
Upaya pemerintah dalam menumbuh-kembangkan kondisi masyarakat beragama yang harmonis telah dilakukan dari berbagai segi dan kegiatan. Di antaranya menumbuhkan cara berfikir yang inklusif dan toleran antar pemeluk agama dan ras dan mendirikan berbagai lembaga dan instansi yang memang kompeten untuk mengurusi permasalahan-permasalahan antar agama. Selain itu, tentunya yang lebih efektif dalam melestarikan dan mengembangkan kehidupan yang harmonis antar pemeluk agama tersebut adalah melalui penanaman nilai-nilai melalui jalur pendidikan baik formal, informal, maupun non formal.
Penanaman nilai-nilai kebersamaan, saling menghormati, toleransi, inklusifisme, kerukunan antar umat beragama melalui pendidikan merupakan cara yang efektif dan tepat. Hal ini dikarenakan bahwa sesuatu yang ditanamkan pada anak akan menjadi “mindset” cara berfikir bahkan cara pandang hidup akan sulit untuk hilang dan pudar.
Pemerintah sudah selayaknya memberikan perhatian yang lebih dalam upaya penanaman nilai-nilai tersebut, hususnya melalui jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan yang dimaksudkan tidak hanya pada jenjang pendidikan tinggi, namun akan lebih maksimal manakala sudah dimulai sejak anak-anak. Dari sini penulis mencoba mengkaji tentang bagaimana sikap teloransi khususnya teloransi agama di sekolah. Dari itu sekolah yang penulis pilih adalah SDN Karangtengah, Kecamatan Gayam, Kabupaten Sumenep. Sekolah ini penulis pilih, kerena letaknya di daerah pedesaan dan terdapat beberapa umat lain selain umat Islam.

1.2    Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan judul di atas penulis mendapatkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana cara penanaman sikap toleransi beragama di Sekolah Dasar melalui metode Kw-Di ?

1.3    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana cara penanaman sikap toleransi beragama di Sekolah Dasar melalui metode Kw-Di ?

1.4    Manfaat Penelitian
Dalam penulisan makalah ini, tentu banyak sekali manfaat yang bisa di dapatkan
1.      Penulis
Bisa menghormati martabat dan hak asasi setiap manusia, kebebasan memilih agama dan untuk beribadah dihargai.
2.      Seluruh Mahasiswa (masyarakat luas)
Kerukunan hidup yang selaras, serasi dan seimbang tercipta dan kerjasama dalam masyarakat terbina.
3.      Manfaat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
a)      Persatuan dan kesatuan bangsa tercipta.
b)      Landasan spiritual, moral dan etika bagi pembangunan nasional diperkuat.
c)      Pembangunan dapat berjalan dengan lancar.

1.5    Metode Penelitian
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunaklan beberapa teknik atau metode dalam mengumpulakan sumber. Tekniknya dapat dilihat sebagai berikut:
1.4.1 Teknik Wawancara Mendalam
Menurut Nasution (1982) teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan data-data yang spesifik dengan memasuki alam pikiran atau perasaan responden. Adapun teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara sistematis. Wawancara sistematis adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden. Informan yang telah ditetapkan diwawancarai memakai teknik wawancara mendalam. Agar wawancara mendalam dapat dilaksanakan secara terarah, maka disusun pedoman wawancara yang memuat pokok-pokok pikiran yang terkait dengan masalah yang dikaji. Dengan wawancara ini diharapkan bisa berlangsung fleksibel. Begitu pula informasi yang digali, tidak saja bertumpu pada mereka ucapkan, tetapi disertai pula dengan penggalian yang mendalam tentang pemaknaan mereka terhadap ucapan maupun perilaku mereka.

1.4.2 Teknik studi Dokumen
Metode studi dokumen merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. Sumber atau literatur tersebut berupa buku-buku, media cetak dan elektronik, dan sebagainya. Penulis mencari sumber-sumber tertulis ini pada instansi-instansi yang memiliki dan terkait dengan objek penelitian.
Arikunto, berpendapat bahwa “metode studi dokumen” merupakan metode pengumpulan data mengenai hal-hal atau variable yang sama yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah dan lain-lain (1993: 188).




BAB II
PEMBAHASAN

Penanaman Sikap Toleransi Beragama di Sekolah Dasar melalui Metode Kw-Di
Toleransi berasal dari bahasa Latin; tolerare artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Sikap toleran tidak berarti membenarkan pandangan yang dibiarkan itu, tetapi mengakui kebebasan serta hak-hak asasi para penganutnya.
Menurut Lutfiatul Laili (28 tahun), salah satu guru di SDN Karangtengah menyatakan hakekat atau defenisi “teloransi agama merupakan saling menghormati dan menghargai terhadap pemeluk agama lain, tidak memaksa mereka supaya mengikuti agama yang kita anut, dan tidak ikut campur dalam urusan agama lain.”. Dalam berbangsa peran teloransi agama sangat penting. Karena “Indonesia pluralisitik dalam agama, suku, ras, dan budaya, bahasa, dll. Terutama agama yang syah (Islam, Katholik, Protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Cu)  haruslah hidup berdampingan, rukun, harmonis dan pancasila sangat cocok sebagai ideologi negara yang menjamin kehidupan keagamaan di Indonesia”.
Sikap saling menghormati, menghargai, hidup rukun dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berbeda agama inilah yang dikembangkan di sekolah dan dapat disebut teloransi agama di sekolah. Sikap ini dapat dilakukan oleh seluruh orang yang ada di sekolah tersebut.
Ciri-ciri suasana toleransi yang sudah terlaksana dalam kehidupan kita antara lain:
1.        membiarkan mereka memeluk agama sesuai keyakinannya masing-masing.
2.        saling menghormati dan menghargai sesama.
3.        tidak memaksakan kehendak kita kepada orang lain.
4.        memberikan hak yang menjadi milik setiap individu.
            Sikap yang harus dihindari dalam mengembangkan sikap toleransi antara lain:
1.    sikap fanatik yang berlebihan yang tidak mau menghargai sesama.
2.    menganggap ajaran agamanya paling benar dan mencampuradukkan ajaran agamanya dengan ajaran agama yang lain.
3.    sikap apatis atau acuh tak acuh.
            Terbinanya toleransi dalam kehidupan masyarakat akan mewujudkan suasana yang tenang dan nyaman. Hal tersebut akan menunjang kehidupan masyarakat yang serasi, selaras dan seimbang.
            Pembelajaran yang dikembangkan selama ini adalah selalu menempatkan guru sebagai pusat belajar sehingga target pembelajaran adalah ilmu pengetahuan sebagai pemberian guru kepada siswa (transfer of knowledge) yang berbentuk penguasaan bahan dan selalu berorientasi pada nilai yang tertuang dalam bentuk angka-angka. Dengan demikian dominasi guru akan menghancurkan kreativitas dan kemandirian siswa. Di samping itu penyampaian pembelajaran lebih bersifat teks normatif. Pendidikan religiositas atau keberagamaan yang seharusnya terbentuk melalui pendidikan agama terabaikan atau gagal diwujudkan. (Mangunwidjaya, 2000:12).
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.  Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan (Q.S AL-Maidah 5:48)
Penegasan terhadap makna toleransi dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam lingkungan sekolah sebagai salah satu bentuk dari suatu sistem sosial menjadi pentingnya adanya, sebab jangan sampai terjadi penolakan terhadap nilai-nilai toleransi hanya dikarenakan individu atau kelompok merasa cemas dan khawatir bahwa dengan toleransi itu menjadi bentuk perendahan diri dan pemujaan terhadap orang lain. Toleransi bukanlah pemberian, perendahan  diri, atau pemanjaan. Toleransi terutama adalah suatu sikap yang aktif didorong oleh pengakuan atas hak-hak asasi manusia universal dan kebebasan-kebebasan fundamental orang-orang lain. Hal itu tidak boleh dalam keadaan bagaimana pun dipergunakan untuk membenarkan pelanggaran nilai-nilai fundamental ini. Toleransi adalah untuk dilaksanakan oleh orang-seorang, kelompok-kelompok dan Negara-negara. (UNESCO APNIEVE, 2000: 54).

https://liyanasunanto.files.wordpress.com/2012/02/dscf3242.jpg?w=390
Mengenalkan ajaran agama dan menanamkan benih-benih keimanan di hati sang anak mulai sejak kecil sangat penting sebagai pondasi kehidupan beragamanya kelak. Anak di usianya dini tertarik untuk meniru semua tindak-tanduk ayah ibunya, termasuk yang menyangkut masalah beribadah. Sebagaimana pendapat Dr Spock yaitu, “Yang mendasari keimanan anak kepada Allah dan kecintaannya pada Tuhan Yang Maha Pencipta sama dengan apa yang mendasari kedua orang tuanya untuk beriman kepada Allah dan mencintai-Nya.” mengenalkan ajaran agama kepada anak usia dini harus disesuaikan dengan perkembangan aspek-aspek psikologisnya, diantaranya perkembangan kemampuan berpikir (kognisinya).
Untuk mengenalkan ajaran agama kepada anak usia dini, haruslah dengan cara memberikan kesempatan kepadanya untuk mempraktekkan apa yang kita katakan, dengan cara memberikan contoh kepada anak bagaimana melakukannya.
Pendidikan agama sejak kecil juga menciptakan anak memahami segala bentuk perbedaan dari setiap agama yang ada. Juga menjadikan anak memahami bahwa setiap agama tidak mengajarkan sesuatu yang negatif. Jangankan berlainan agama terkadang satu agamapun banyak kita temui tentang pemahaman agama dan cara pandang yang berbeda. Mengapa pula kita tidak melihat semua perbedaan itu menjadi keragaman yang indah, dan menjelaskan kepada para penerus atau anak anak kita bahwa perbedaan itu adalah indah.
Orangtua manapun pasti akan berusaha melindungi keluarga dan anak-anaknya dari pengaruh negatif informasi atau budaya luar. Satu-satunya cara untuk melindungi memang hanya dengan pemahaman agama dan iman yang kuat. Apalagi kalau benteng iman dibangun dengan pondasi yang kuat sejak kecil. Karena sekuat apapun usaha orangtua mengawasi anak tetap tidak bisa 24 jam penuh, Apalagi orang tua juga bekerja.
Metode khusus untuk mengenalkan agama pada anak sejak kecil yang paling tepat adalah dengan cara bermain bersama ketika hendak menperkenalkan hal-hal yang lain. Perlu disadari, belajar untuk anak kecil cara yang paling tepat adalah dengan bermain, karena dalam bermain sebenarnya terkandung proses belajar. Untuk pengenalan agama sebaiknya lebih banyak ditekankan pada masalah akhlak dan etika didahulukan. Mulai dari nilai-nilai dasar dalam kehidupan sehari-hari, seperti kejujuran, sayang sesama, sabar, memaafkan, bersyukur, dan sebagainya. Untuk syariah dan tauhid, kelak seiring dengan pertambahan usia dan perkembangan pengetahuannya bisa secara bertahap dikenalkan.

Cara Mengenalkan Agama:
1.    Kenalkan Tuhan YME pada anak kecil lewat ciptaan-Nya, seperti burung yang cantik, bunga yang bewarn-warni, kupu-kupu, termasuk tubuh kita. Niscaya anak akan lebih mudah memahaminya.
2.    Katakan pada anak, kalau ia harus bersyukur memiliki hidung, jadi kita bisa mencium bau-bauan. Memiliki mata untuk melihat.
3.    Kenalkan pada anak tentang sifat-sifat Tuhan. Misalnya maha pemurah, penyayang, pengasih, dllnya.
4.    Anak juga harus dilatih untuk memiliki budi pekerti yang baik, hormat pada orang tua, sayang terhadap sesama dan bersyukur.
5.    Ajarkan pada anak bersikap baik terhadap dirinya sendiri, seperti menjaga kebersihan. Kalau selesai buang air kecil, ajarkan untuk selalu disiram dan dibersihkan.. Katakan kalau Tuhan mencintai kebersihan.
6.    Ajak anak ke rumah ibadah sesuai dengan agama yang dianut.
            Sekolah menjadi lembaga publik yang (sangat) tepat untuk menjelaskan apa makna dan pentingnya kemajemukan dan tenggang rasa antarsesama. Ini karena di sekolahlah pola pikir sekaligus pola interaksi anak yang tidak seragam (heterogen) itu mulai hadir dan terbentuk. Sekolah dengan demikian menjadi “ruang strategis” untuk membentuk mental atau bagi tumbuhnya watak keberagaman yang kuat.
            Dalam praktiknya, pendidikan toleransi ini tidak hanya dapat digerakkan oleh guru, tapi juga pengelola sekolah dengan cara memanfaatkan segala fasilitas dan media yang ada seperti dinding sekolah untuk ditempel gambar berbagai tempat ibadah semua agama di Indonesia, pakaian adat, rumah adat, kesenian daerah, serta simbol-simbol keberagaman lain yang merupakan kekayaan negeri. Hal ini amat penting karena mengenalkan beragam perbedaan dengan mengembangkan sikap toleransi “melalui gambar” bisa lebih cepat ditangkap (mengena) oleh seorang anak. Ini karena nilai-nilai menghargai dan menghormati perbedaan itu pada gilirannya akan teresap dalam jiwa dan batin anak ketika nanti mereka tumbuh dewasa. Mereka pun akan tumbuh menjadi insan-insan yang memiliki pola pikir inklusif dan toleran.
            Tentu saja selain di sekolah, tiga ranah yang berperan penting untuk mengajarkan pendidikan toleransi adalah lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan negara. Pada lingkungan keluarga, seorang ayah dan ibu tentu memiliki peranan penting. Setiap orang tua harus sebisa mungkin mengenalkan anak kesayangannya pada perbedaan-perbedaan sekitar dan mengajak mereka untuk terbiasa menghormati kepada sesama meskipun berbeda agama, ras, suku, dan golongan.
            Sementara dalam konteks lingkungan masyarakat, para tokoh masyarakat dan ulama sekitar harus mengajak dan terus berupaya menciptakan sistem kehidupan yang rukun. Caranya adalah mereka (tokoh masyarakat dan ulama setempat) harus memberikan teladan tentang perilaku toleran.

Untuk Kelas Rendah
1.    Dengan cara bermain                                                                             
Memperkenalkan Allah, memperkenalkan agama pada anak kecil untuk tahap pertama, sebaiknya dilakukan dengan cara bermain, dengan cara yang menyenangkan. Game, film, buku cerita, lagu atau media lain yang di era sekarang cukup banyak tersedia bisa digunakan sebagai alat bantu. Memperkenalkan Allah pada balita harus disesuaikan dengan umurnya. Cara menyenangkan lebih mudah diterima dan dipahami oleh anak. Buat se-fun mungkin, biar anak semangat untuk mempelajarinya Misalkan mengenalkan nilai-nilai moral agama lewat permainan ular tangga dll, yang suka bukan cuma anaknya, orangtuanya juga.

2.    Gunakan bahasa yang sederhana                                                       
Sebaiknya ketika mengenalkan agama pada anak gunakan bahasa atau kalimat yang mudah dipahami. Mulai dari contoh sederhana menggunakan contoh dari hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan bisa dilihat anak akan semakin memudahkan anak belajar tentang agama. Kita bisa mengenalkan keberadaan Allah lewat benda-benda yang ada disekitar kita seperti air, pohon, binatang, mama dan papa, tanah, hujan, matahari, pelangi, sayur, buah, beras dan sebagainya.
Jelaskan pada anak bahwa semua yang ada disekitar kita ada yang menciptakan dan kita wajib berdoa, mengucapkan syukur dan berterimakasih pada Allah. “Coba kalau Allah gak menciptakan sayur, buah, beras, hewan ternak, kita makan apa?” ya dari contoh sederhana dulu biar anak mudah memahami. Lewat contoh tadi sifat-sifat Allah juga bisa dikenalkan, seperti Allah itu Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Pemberi, karena Allah sayang sama adik makanya Allah menciptakan air, tanaman yang indah, binatang yang lucu-lucu, pelangi, awan, hujan dsb.

3.    Jadi contoh
Cara yang paling efektif sebenarnya adalah dengan memberi contoh lewat perilaku kita. Anak kecil senang mencontoh apapun yang dia lihat. Belajarnya dengan mengamati. Ketika anak mengamati orangtuanya kemasjid untuk sholat, membaca Al-Qur’an, puasa, berdoa sebelum makan, berdoa sebelum keluar rumah, berdoa sebelum tidur, mengucap salam, bertoleransi dan menghargai sesama maka anak pun akan mengikuti. Bagaimana kita mau mengajarkan ibadah pada anak kalau orangtuanya sendiri tidak beribadah. Orangtua seharusnya memang tidak hanya mengajarkan dengan bicara atau nyuruh tapi yang paling penting adalah melakukan.

4.    Libatkan anak
Mengajak anak ketempat ibadah, tarawih, sholat, atau pengajian baik untuk mengenalkan agama sejak dini. Untuk anak usia dini, ikut-ikutan ketika menjalankan ibadah tidak  mengapa, kelak seiring bertambahnya usia anak akan mengerti bahwa semua itu merupakan nilai-nilai yang harus dijalani dalam hidupnya.
Mengingat pentingnya toleransi, maka ia harus diajarkan kepada anak-anak baik dilingkungan formal maupun lingkungan informal. Di lingkungan formal contohnya siswa dapat dibekali tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama melalui bidang studi Agama, Kewarganegaraan, ataupun melalui aspek pengembangan diri seperti Pramuka, PMR, OSIS, dll. Hal yang sama dapat juga dilakukan di lingkungan informal oleh orang tua kepada anak-anaknya melalui pengajaran nilai-nilai yang diajarkan sedini mungkin di rumah.

Upaya untuk mengembangkan nilai-nilai toleransi harus dilakukan dalam berbagai aktivitas dan lingkungan. Dalam lingkungan masyarakat hal ini menjadi sangat penting, karena demikian banyak kepentingan yang terdapat di dalamnya. Benturan-benturan akan terjadi bilamana tidak adanya pengertian, kebersamaan, saling menghargai baik antara individu, antara kelompok, suku, agama dan berbagai perbedaannya lainnya.
Ada empat cara bagaimana mengajarkan toleransi pada anak didik sebagai berikut:
1.    perkenalkan keragaman, anda bisa mulai dengan memberi pengertian bahwa ada beragam suku, agama, dan budaya. Beri tahukan pada anak didik meskipun orang lain memiliki agama atau suku yang berbeda, manusia sebenarnya sama dan tidak boleh dibeda-bedakan;
2.    perbedaan bukan untuk menimbulkan kebencian, ajarkan pada buah hati bahwa perbedaan yang ada, jangan disikapi dengan kebencian, karena kebencian akan membuat sedih dan menyakiti hati orang lain;
3.    memberi contoh, jangan hanya memberi tahunya lewat kata-kata, tetapi juga contoh nyata. Jika bertemu seseorang menggunakan simbol agama yang cukup ekstrem atau seseorang yang memiliki warna kulit berbeda, jangan memandangnya dengan penuh keanehan, apalagi mengatakan sesuatu bernada kebencian dan ledekan;
4.    bertoleransi untuk kedamaian, memberikan sikap toleransi itu sangat dibutuhkan. Jika tidak ada sikap toleransi, banyak orang yang akan bermusuhan dan saling membenci (okezone.com) www.suaramedia.com).
Sekolah adalah gambaran kecil dari masyarakat. Di dalamnya terdapat siswa yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, termasuk di dalamnya perbedaan agama Sebagai seorang guru, kita harus dapat menumbuhkan sikap toleransi pada diri siswa terkhusus kepada mereka yang berbeda agama. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk menumbuhkan sikap toleransi diantara mereka adalah dengan membentuk kelompok belajar yang di dalamnya terdiri dari siswa-siswa yang memliki latar agama yang berbeda. Dalam kelompok tersebut mereka dapat belajar menghargai pendapat antara satu dengan yang lainnya. Mereka dapat belajar menerima dan  menghargai terhadap kehadiran penganut agama lain di sekitarnya. Dengan cara ini diharapkan mereka dapat belajar bersikap toleransi  yang pada akhirnya dapat memunculkan sikap saling mengormati hak dan kewajiban antar umat beragama mulai dari lingkungan kecil, kelompok dan sekolah, sehingga diharapkan mereka dapat memiliki sikap toleransi dan dapat menghargai agama lain dalam lingkup yang lebih besar lagi (masyarakat).

Pentingnya Toleransi
            Toleransi sesungguhnya berkembang dalam kerangka adanya keberagaman dalam berbagai dimensi kehidupan, sehingga akan dapat terwujud keserasian dan keharmonisan hidup, jauh dari konflik-konflik dan ketegangan-ketegangan sosial, lebih-lebih lagi pertentangan dan permusuhan antar sesama dalam masyarakat majemuk. Kemajemukan ini tidak hanya dijumpai dalam setting kehidupan sosial masyarakat yang luas, akan tetapi juga terjadi dalam atau lingkungan sekolah, di mana di dalamnya siswa saling berinteraksi, saling belajar menghargai perbedaan serta saling menerima sesuatu karakteristik tertentu yang mungkin pada lingkungannya tidak pernah ditemui.
                  Pendidikan toleransi menjadi agenda mendesak saat ini. Para siswa atau anak didik harus diajarkan tentang pentingnya keberagaman dan perbedaan. Ini karena menjaga dan melestarikan keberagaman dalam (hidup) kebersamaan sangat efektif dimulai sejak dini, yakni dari sekolah.
Sikap toleransi agama dapat terlihat “akrab” baik antara guru dan guru baik di sekolah maupun di luar sekolah karena di sekolah harus tercipta suasana kekeluaragaan, kebersamaan, walaupun kita berbeda (plural) karena kita sadar sebagai sebuah keluarga besar yang hidup bersama saling menghormati, menghargai antar sesama. Hal seperti itu juga terdapat pada anak didik karena guru menanamkan sikap saling menghargai, ras kekeluargaan, persaaamaan dan persaudaraan yang mendalam. Sikap toleran sering dilakukan seperti sering meminta bantuan dalam menghadapi masalah dan menanyakan pada agama yang berbeda agar tidak terjadi suatu kesalahpahaman.
            Ada beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dengan menanamkan sikap toleransi, manfaat tersebut adalah:
1.    hidup bermasyarakat akan lebih tentram
2.    persatuan, bangsa Indonesia, akan terwujud
3.    pembangunan Negara akan lebih mudah
Menghormati perbedaan  tidak berarti menghilangkan identitas diri, karena menghormati perbedaan sesungguhnya adalah memberikan peluang dan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan karakteristik dirinya. Contoh untuk itu adalah bagaimana seorang siswa harus belajar menghormati ketika temannya harus melaksanakan ibadah, menghormati dan memberi kesempatan tatkala temannya harus melaksanakan tugas-tugas tertentu, atau mungkin memberikan menghormati perbedaan-perbedaan perilaku dalam koridor yang tidak bertentangan norma-norma umum sekolah. Pendidikan adalah alat yang paling mangkus (mujarab; majur; berhasil guna) untuk menghindari nirtoleransi (melahirkan tindakan kekerasan). Langkah pertama dalam pendidikan toleransi adalah mengajar orang-orang tentang hak-hak kebebasan-kebebasan bersama (berbagi) mereka sehingga dapat dihormati, dan mengembangkan kemauan untuk melindungi hak-hak dan kebebasan-kebebasan orang lain (UNESCO APNIEVE, 2000: 156)
Sebagaimana di lingkungan masyarakat, nilai-nilai toleransi dan kebersamaan juga menjadi salah satu pilar yang penting dan mendasar untuk dikembangkan di lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah pentingnya pengembangan nilai-nilai ini telah disadari sebagai bagian penting dari keseluruhan kegiatan pendidikan. Telah sejak lama disepakati bahwa sekolah sebagai bentuk sistem sosial yang di dalamnya terdiri dari komponen-komponen masyarakat sekolah dengan berbagai latar; ekonomi, lingkungan keluarga, kebiasaan-kebiasaan, agama bahkan keinginan, cita-cita dan minat berbeda.

Metode Kw-Di
Tugas utama guru adalah mengorganisir suasana dan situasi agar dapat dijadikan proses belajar. (Gredler, 1986:157)
Peranan guru dalam memberikan pengetahuan lebih tentang toleransi agama sangat penting karena merupakan suatu keharusan dan tuntutan pendidikan dan pentingnya menanamkan sikap toleransi beragama guna menciptakan kehidupan beragama yang selaras, serasi, seimbang dan harmonis demi kesatuan, persatuan dan keutuhan bangsa dan negara.       .
Dalam PP Nomor 19 tahun 2005, dinyatakan bahwa dalam pendidikan harus ada standar proses, yaitu proses pembelajaran yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat dan perkembangan fisik serta psikologis anak. Berdasarkan pesan PP tersebut, dalam pembelajaran harus dikemas dengan demikain rupa agar siswa dapat berekspresi secara bebas, siswa memiliki rasa senang dan nyaman dalam belajar, serta memiliki keleluasaan dalam mengembangkan materi sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga siswa benar-benar memhamai dan mampu melaksanakan materi yang diterima. Apabila pembelajaran justru melahirkan situasi dan kondisi dimana siswa tidak mampu melakukan ekpresi secara bebas, maka religiositas tidak akan dapat dicapai. (Burhani, 2001:16).
Pembelajaran merupakan proses berinteraksinya seluruh elemen dalam pembelajaran, seperti, siswa, tujuan, materi, metode, guru, sarana, lingkungan. Seluruh elemen ini diramu, dikelola guru agar mampu mewujudkan kualitas siswa sesuai dengan harapan. Pembelajaran berarti mengoptimalisasikan seluruh elemen atau faktor dengan cara yang sesuai dengan kapasitas siswa. Pembelajaran harus dikemas dalam suasana yang menyengkan bagi siswa, karena dnegan suasana yang menyenangkan siswa akan mudah menerima dan mengembangkan materi yang diberikan dari guru. Banyak anak-anak tidak suka terhadap materi pelajaran tertentu, bukan disebabkan karena sulitnya materi pelajaran tersebut, tetapi lebih pada faktor siswa pernah memiliki pengalaman pahit di masa lalu terhadap pelajaran tersebut. Oleh sebab itu jika pembelajaran tidak dikemas dengan suasana yang menyenangkan, maka tidak akan dapat melahirkan pembelajaran religiositas. (Gredler, 1986:160).
Guru diakui atau tidak memiliki peluang sangat besar dalam mewujudkan kualitas pembelajaran. Meskipun demikian, guru tidak bisa bersikap dan berperilaku sembarangan. Guru tidak diperbolehkan memiliki anggapan bahwa dirinya merupakan satu-satunya orang yang paling pintar, siswa adalah anak yang tidak mengetahui apa-apa (bodoh). Apa yang dikatakan guru pasti benar dan tidak boleh dibantah. Guru ibarat raja kecil didalam kelas yang harus ditiru segala ucapan dan tindakannya. Jika asumsi demikian yang ada dalam diri guru maka pembelajaran religiositas tidak pernah ada. (Gredler, 1986:167).
Metode atau Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Sedangkan menurut kamus Purwadarminta ( 1976 ), secara umum metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik – baik untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu Method artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.
Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang pelatih tim Sepakbola akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp (1995). Dilain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran.
Paling tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni:
(a) strategipengorganisasian pembelajaran
(b) strategi penyampaian pembelajaran
(c) strategi pengelolaan pembelajaran.
Metode Pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.

Metode Kw (Karya Wisata)
            Metode karyawisata adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa murid langsung kepada obyek yang akan dipelajari di luar kelas.
 Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata berarti siswa-siswa mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam waktu singkat beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari. Dan diharapkan pada pendidik agar bisa mengajarkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
            Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Roestiyah mengemukakan:
Karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik pertanian, periakanan, mesium, dan sebagainya.
            Teknik  karya wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai berikut: 
a.    Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka.
b.    Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka.
c.    Dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek.
d.    Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
            Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.
            Penerapan metode karya wisata sangalah penting diterapkan pada anak-anak sekolah khususnya tingkat SMP, karena meetode karya wisata ini bertujuan untuk melengkapi pengetahuan yang diperoleh di sekolah atau, melihat, mengamati, menghayati secara langsung dan nyata mengenai obyek tersebut, serta menanamkan nilai moral pada siswa.

2.    Kelebihan dan kekurangan metode karyawisata
            Setiap metode pengajaran pasti tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan metode karya wisata ini, pasti ada kelebihan dan kekurangannya seperti yang kita lihat dibawah ini.
a.    Kelebihan metode karya wisata sebagai berikut :
            Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pelajaran.
·  Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada dimasyarakat.
·    Pelajaran dapat lebih merangsang kreatifitas anak.
·    Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas, mendalam dan aktual.
b.    Kekurangan metode karya wisata sebagai berikut :
·      Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak
·      Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang
·      Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan
·      Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik dilapangan.
·      Biayanya cukup mahal.
·      Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
           
            Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Persiapan tujuan karya wisata. Untuk menetapkan tujuan ini ditunjuk suatu panitia dibawah bimbingan guru, untuk mengadakan survei ke objek yang dituju. Dalam kunjungan pendahuluan ini sudah harus diperoleh data tentang objek antara lain tentang lokasi, aspek - aspek yang dipelajari, jalan yang ditempuh, penginapan, makan dan biaya transportasi, bila objek yang dituju jauh.
2.    Perencanaan seperti:
·  Hasil kunjungan pendahuluan ( survei ) dibicarakan bersama dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi : tujuan karyawisata, pembagian objek sesuai dengan tujuan,jenis objek sesuai dengan tujuan, jenis objek serta jumlah siswa
·  Dibentuk panitia secara lengkap, termasuk ketua tiap kelompok / seksi
·  Menentukan metode mengumpulkan data, mungkin berwujud wawancara, pengamatan langsung, dokumentasi
·  Penyusunan acara selama karyawisata berlangsung. Kepada para siswa harus ditanamkan disiplin dalam mentaati jadwal yang telah direncanakan sehingga pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana
·  Mengurus perizinan
·  Menentukan biaya, penginapan, konsumsi serta peralatan yang diperlukan
3.      Siswa melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam rencana kunjungan, sedangkan guru mengawasi, membimbing, bila perlu menegur sekiranya ada siswa yang kurang mentaati tata tertib sesuai acara.
4.  Pembuatan laporan
          Hasil yang diperoleh dan kegiatan karya wisata ditulis dalam bentuk laporan yang formatnya telah disepakati bersama.

Metode Di (Diskusi)
Istilah metode berasal dari kata yunani “Metha” dan “Hodos”. Metha diartikan melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Sedangkan diskusi adalah kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu “discussus” yang mempunyai arti memeriksa dan menyelidiki. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi adalah : “Cara belajar atau mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi. Moh. Surya (1975:107) mendefinisikan diskusi kelompok merupakan suatu proses bimbingan dimana murid-murid akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan masalah bersama. Dalam diskusi ini tertanam pula tanggung jawab dan harga diri. Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi pembelajaran dengan jalan bertukar pikiran baik antara guru dengan siswa,atau siswa dengan siswa. Seiring dengan itu metode diskusi berfungsi untuk memotivasi siswa untuk berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan wawasan pengetahuan yang mampu mencari jawaban atau jalan terbaik.
Beberapa Jenis Diskusi :
a.    Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion)
Diskusi kelompok besar adalah diskusi yang dilakukan dengan memandang kelas sebagai satu kelompok,Dalam diskusi ini, guru sekaligus sebagai pemimpin diskusi. Namun begitu, siswa yang dipandang cakap, dapat saja ditugasi guru sebagai pemimpin diskusi. Dalam diskusi kelompok besar, sebagai pemimpin diskusi, guru berperan dalam memprakarsai terjadinya diskusi. Untuk itu, guru dapat mengajukan permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya sehingga mendorong nak untuk mengajukan pendapat.
b.    Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)
Diskusi dalam kelompok kecil adalah diskusi dimana kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri atas 4-5 orang. Tempat berdiskusi diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi ini biasanya diadakan dipertengahan pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas penguasaan bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.
c.    Diskusi Panel Fungsi utama diskusi panel, adalah untuk mempertahankan keuntungan diskusi kelompok dengan situasi peserta besar, dimana ukuran kelompok tidak memungkinkan partisipasi kelompok secara mutlak. Dalam arti yang sebenarnya panel memberikan pada kelompok besar keuntungan partisipasi yang dilakukan orang lain dalam situasi diskusi yang dibawakan oleh beberapa peserta yang terplih. Peserta yang terpilih yang melaksanakan panel mewakili beberapa sudut pandangan yang dipertimbangkan dalam memecahkan masalah mereka.
d.    Brain Storming Group Brain storming group adalah diskusi Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan ide-ide yang yang ditemukannya dianggap benar.
e.    Symposium Yang dimaksud symposium adalah diskusi yang mana beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu subjek tertentu dan membacakan di muka peserta simposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian dikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.
Syarat-Syarat Pelaksanaan Metode Diskusi Agar dapat disebut sebagai diskusi menurut Winataputra, S.U. (2005:14) ada beberapa syarat yang harus harus dipenuhi, yaitu:
1.    Melibatkan kelompok, yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang,
2.    Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal, artinya semua anggota berkesempatan saling melihat, mendengar, serta berkomunikasi secara bebas dan langsung,
3.    Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk mencapainya,
4.    Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju kepada tercapainya tujuan pembelajaran.
Adapun syarat-syarat pelaksanaan metode diskusi secara umum adalah:
1.    Pendidik menguasai masalah yang didiskusikan secara utuh
2.    Pokok-pokok masalah yang didiskusikan agar dipersiapkan lebih awal.
3.    Memberikan kesempatan secara bebas kepada peserta didik untuk mengajukan pikiran, pendapat atau kritikannya
4.    Masalah yang didiskusikan diusahakan agar tetap pada pokoknya.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Diskusi Moedjiono, dkk (2000:48) menyebutkan langkah-langkah umum pelaksanaan diskusi sebagai berikut :
1.    Merumuskan masalah secara jelas
2.    Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas pimpinan diskusi antara lain: (1) mengatur dan mengarahkan diskusi, (2) mengatur "lalu lintas" pembicaraan.
3.    Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.
4.    Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
5.    Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap kelompok.

Kelemahan dan Kelebihan Metode Diskusi
a.    Kelebihan Metode Diskusi Menurut Arief. A. ( 2002 : 21), disebutkan bahwa diantara keunggulan metode diskusi adalah antara lain :
1) Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan
2) Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.
3) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
4) Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah.
5) Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
6) Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit.
b. Kelemahan Metode Diskusi Menurut Roetiyah N.K.(1988:23), bahwa kelemahan penggunaan metode diskusi antara lain :
1) Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
2) Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari fakta-fakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja.
3) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
5) kadang-kadang ada siswa yang memonopoli pembicaraan, dan ada pula siswa yang pasif.
             
              Cara Mengatasi Kelemahan Diskusi Kelompok Untuk menghindari berbagai permasalahan dalam penggunaan metode diskusi guru hendaknya memperhatikan dan memberi motivasi kepada siswa supaya seluruh siswa ikut serta dalam diskusi. Untuk mengatasi kelemahan atau segi negatif dari metode ini, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran.
b) Pimpinan diskusi yang diberikan kepada murid, perlu bimbingan dari guru.
c) Guru mengusahakan supaya seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi.
d) Mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran berbicara, sementara siswa lain belajar mendengarkan pendapat temannya.
              Jadi teknik yang dilakukan untuk menanamkan sikap toleransi dengan menggunakan metode karya wisata yaitu dengan mengajak peserta didik ke tempat ibadah berbagai macam agama yang ada di Indonesia maupun tempat-tempat bersejarah yang ada kaitannya dengan agama yang ada di Indonesia, dengan harapan mereka bisa mengetahui perbedaan antar agama sehingga timbul rasa toleransi agama yang nantinya akan berpengaruh terhadap persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
              Setelah metode Karya Wisata dilakukan, maka langkah keduanya adalah melakukan metode Diskusi agar semakin tercipta pemikiran yang kritis mengenai apa yang telah dilihat atau diketahui sebelumnya. Komunikasi dalam mentransfer pengetahuan dilakukan pada metode ini, sehingga pengetahuan dan pengalaman sangat dibutuhkan demi kelancaran metode diskusi. Interaksi antar peserta diskusi diharapkan bisa aktif secara keseluruhan. Dalam diskusi membahas mengenai hal-hal yang telah diketahui maupun yang belum diketahui untuk mendapatkan suatu pemecahan masalahnya.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan bangsa majemuk yang artinya masyarakat yang di dalamnya ada beragama etnis, agama/kepercayaaan, suku bangsa, ras dan sebagainya. Maka dari itu perlu suatu sikap saling menghargai, dan menghormati yang tercermin dalam toleransi. Dikaitkan dengan bangsa Indonesia yang multikultur atau multi agama sangat diperlukan sikap toleransi agama. Teloransi agama merupakan sikap saling menghormati, mengharagai, dan rukun, tercipta suasana aman, damai, dll hidup dalam masyarakat multiagama.
Pengembangan sikap toleransi dapat dilakukan sejak dini. Baik di keluarga, sekolah dan masyarakat. Di keluarga si anak mungkin sedikit mendapat penekanan tentang toleransi agama hal ini disebabkan beberapa faktor salah satunya orangtua jarang yang mengetahui tentang toleransi agama. Maka pengembangan sikap toleransi agama sangat cocok dikembangkan di lembaga-lembaga salah satunya di sekolah baik sekolah dasar, menengah ke atas dan sebagainya.
            Hal yang dapat dilakukan terkait dengan toleransi agama dapat ditempuh dengan bebagai cara yang dapat dilakukan di sekolah tergantung dari keperluan, kemapuan dan kesesuaian.
Jadi teknik yang dilakukan untuk menanamkan sikap toleransi dengan menggunakan metode karya wisata yaitu dengan mengajak peserta didik ke tempat ibadah berbagai macam agama yang ada di Indonesia maupun tempat-tempat bersejarah yang ada kaitannya dengan agama yang ada di Indonesia, dengan harapan mereka bisa mengetahui perbedaan antar agama sehingga timbul rasa toleransi agama yang nantinya akan berpengaruh terhadap persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
              Setelah metode Karya Wisata dilakukan, maka langkah keduanya adalah melakukan metode Diskusi agar semakin tercipta pemikiran yang kritis mengenai apa yang telah dilihat atau diketahui sebelumnya. Komunikasi dalam mentransfer pengetahuan dilakukan pada metode ini, sehingga pengetahuan dan pengalaman sangat dibutuhkan demi kelancaran metode diskusi. Interaksi antar peserta diskusi diharapkan bisa aktif secara keseluruhan. Dalam diskusi membahas mengenai hal-hal yang telah diketahui maupun yang belum diketahui untuk mendapatkan suatu pemecahan masalahnya.
3.2 Saran
            Untuk pelajaran tetang toleransi agama khususnya di sekolah atau kelembagaan perlu dikembangkan. Karena kita menyadari ada sesama manusia yang memiliki etnis, ras, suku bangsa, agama/kerpecayaan yang berbeda-beda. Hendakanya toleransi sebagai pola berpikir dalam hidup di dalam masyarakat majemuk.
            Dengan adanya kesadaran akan pentingnya toleransi dalam kehidupan beragama, diharapakan akan terjalin hubungan yang harmonis antar warga Negara yang pada akhirnya akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat dan percepatan pembangunan bagi negeri ini.


DAFTAR PUSTAKA

Sustrawan.2011.toleransiagamadisekolah.
Hakimlukman.modelpengembanganpendidikantoleransiantarumatberagamamelaluipendidikanagamaislam.
sarinovikameli.2012.mengenalkanagamapadaanak.
yosef.2010.sikaptoleransidalamkehidupanberagamadengansalingmenghormatidanmemeliharahakdankewajibanmasing-masing.
mustaqimyhana.2014.nilai-nilaitoleransisebagaikerangkadasarperdamaian.
perwitaistiqomahfajri.strategiguruPAIdalammembinasikaptoleransiantarumatberagamaterhadapsiswaSMPN1PrambananKlaten.
http://digilib.uin-suka.ac.id/11103/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf/diaksespadatanggal17-11-2015
Saterdag.2013.strategibelajarmengajardenganmetodediskusi.
http://masnibios.blogspot.co.id/diaksespadatanggal10-11-2015
Acehzamanmania.2013.penerapanmetodebelajarkaryawisatapadapembelajaran.
historyjhoulcollection.2012.belajarsejarahdenganmetodekaryawisatasangatmengasyikkan.
  

0 komentar:

Posting Komentar