MAKALAH
PENANAMAN
SIKAP TOLERANSI BERAGAMA DI SEKOLAH DASAR
MELALUI
METODE Kw-Di
(Menanamkan Nilai-nilai Toleransi Dalam
Pluralisme Beragama Pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangtengah, Kec. Gayam
Kab. Sumenep)
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian
Akhir Semester 1
matakuliah ”Pendidikan Kewarganegaraan” yang dibina oleh Drs.
Iman Muchtar, S.H, M.Hum
dan Fajar Surya Hutama, S.pd, M.Pd
Disusun oleh:
Lailatul Musyarrafah
(150210204074)
Kelas B
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU
PENDIDIKAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul “Penanaman Sikap Toleransi Beragama di Sekolah Dasar
melalui Metode Kw-Di (Menanamkan Nilai-nilai Toleransi Dalam
Pluralisme Beragama Pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangtengah, Kec. Gayam
Kab. Sumenep) untuk memenuhi tugas Ujian
Akhir Semester 1
matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Atas dukungan moral dan
materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1.
Kedua Orang tua penulis karena berkat
do’a, dukungan dan semangatnya, bisa menyelesaikan makalah ini.
2.
Bapak Drs. Iman Muchtar, S.H, M.Hum,
selaku guru Pembimbing 1, yang memberikan dorongan, masukan kepada penulis.
3.
Bapak Fajar Surya Hutama, S.pd, M.Pd, selaku
guru Pembimbing 2, yang memberikan dorongan, masukan kepada penulis.
4.
Semua rekan mahasiswa, yang banyak
memberikan materi pendukung, masukan, serta semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Jember, 24 Nopember 2015
Lailatul Musyarrafah
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..............................................................................................................
i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara dengan
mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun Indonesia bukanlah negara Islam,
yang hanya memakai hukum dan perundang-undangan Islam. Indonesia adalah Negara
yang memiliki beraneka ragam budaya, adat, kepercayaan dan agama. Indonesia
memiliki agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, Konghucu dan berbagai kepercayaan
yang selalu terpelihara di bawah naungan dasar Pancasila. Keanekaragaman
tersebut tidak begitu saja tercipta, tanpa adanya upaya maksimal yang
komprehensif dari seluruh elemen masyarakat yang didukung oleh berbagai
kebijakan pemerintah.
Manusia adalah makhluk individu
sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia
dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi
kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang
individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengannya
salah satunya adalah perbedaan agama.
Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29
ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.” Oleh karena itu, kita sebagai warga Negara sudah
sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan
saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan
Negara.
Upaya pemerintah dalam
menumbuh-kembangkan kondisi masyarakat beragama yang harmonis telah dilakukan
dari berbagai segi dan kegiatan. Di antaranya menumbuhkan cara berfikir yang
inklusif dan toleran antar pemeluk agama dan ras dan mendirikan berbagai
lembaga dan instansi yang memang kompeten untuk mengurusi
permasalahan-permasalahan antar agama. Selain itu, tentunya yang lebih efektif
dalam melestarikan dan mengembangkan kehidupan yang harmonis antar pemeluk
agama tersebut adalah melalui penanaman nilai-nilai melalui jalur pendidikan
baik formal, informal, maupun non formal.
Penanaman nilai-nilai
kebersamaan, saling menghormati, toleransi, inklusifisme, kerukunan antar umat
beragama melalui pendidikan merupakan cara yang efektif dan tepat. Hal ini
dikarenakan bahwa sesuatu yang ditanamkan pada anak akan menjadi “mindset” cara
berfikir bahkan cara pandang hidup akan sulit untuk hilang dan pudar.
Pemerintah sudah
selayaknya memberikan perhatian yang lebih dalam upaya penanaman nilai-nilai
tersebut, hususnya melalui jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan yang
dimaksudkan tidak hanya pada jenjang pendidikan tinggi, namun akan lebih maksimal
manakala sudah dimulai sejak anak-anak. Dari sini penulis
mencoba mengkaji tentang bagaimana sikap teloransi khususnya
teloransi agama di sekolah. Dari itu sekolah yang penulis pilih adalah SDN Karangtengah, Kecamatan Gayam, Kabupaten
Sumenep. Sekolah ini penulis pilih,
kerena letaknya di daerah pedesaan dan terdapat beberapa umat lain selain umat Islam.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang dan judul di atas penulis mendapatkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana cara penanaman sikap toleransi beragama
di Sekolah Dasar melalui metode Kw-Di ?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui
bagaimana cara penanaman sikap toleransi beragama di Sekolah Dasar
melalui metode Kw-Di ?
1.4
Manfaat Penelitian
Dalam penulisan makalah ini, tentu banyak sekali manfaat yang bisa di
dapatkan
1.
Penulis
Bisa menghormati
martabat dan hak asasi setiap manusia, kebebasan memilih agama dan untuk
beribadah dihargai.
2.
Seluruh Mahasiswa
(masyarakat luas)
Kerukunan
hidup yang selaras, serasi dan seimbang tercipta dan kerjasama dalam masyarakat
terbina.
3. Manfaat bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara
a)
Persatuan dan kesatuan bangsa tercipta.
b)
Landasan spiritual, moral dan etika bagi pembangunan
nasional diperkuat.
c)
Pembangunan dapat berjalan dengan lancar.
1.5
Metode Penelitian
Dalam
penulisan makalah ini penulis menggunaklan beberapa teknik atau metode dalam
mengumpulakan sumber. Tekniknya dapat dilihat sebagai berikut:
1.4.1 Teknik Wawancara
Mendalam
Menurut Nasution (1982) teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan
data-data yang spesifik dengan memasuki alam pikiran atau perasaan responden.
Adapun teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
sistematis. Wawancara sistematis adalah wawancara yang dilakukan dengan
terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman tertulis tentang apa yang
hendak ditanyakan kepada responden. Informan yang telah ditetapkan
diwawancarai memakai teknik wawancara mendalam. Agar wawancara mendalam dapat
dilaksanakan secara terarah, maka disusun pedoman wawancara yang memuat
pokok-pokok pikiran yang terkait dengan masalah yang dikaji. Dengan wawancara
ini diharapkan bisa berlangsung fleksibel. Begitu pula informasi yang digali,
tidak saja bertumpu pada mereka ucapkan, tetapi disertai pula dengan penggalian
yang mendalam tentang pemaknaan mereka terhadap ucapan maupun perilaku mereka.
1.4.2 Teknik studi Dokumen
Metode studi
dokumen merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara membaca
literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. Sumber atau literatur tersebut berupa buku-buku, media cetak dan elektronik, dan sebagainya. Penulis mencari sumber-sumber tertulis ini pada instansi-instansi yang memiliki dan terkait
dengan objek penelitian.
Arikunto, berpendapat
bahwa “metode studi dokumen” merupakan metode pengumpulan data mengenai hal-hal
atau variable yang sama yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah dan
lain-lain (1993: 188).
BAB II
PEMBAHASAN
Penanaman
Sikap Toleransi Beragama di Sekolah Dasar melalui Metode Kw-Di
Toleransi berasal dari
bahasa Latin; “tolerare” artinya
menahan diri, bersikap sabar, membiarkan
orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki
pendapat berbeda. Sikap
toleran tidak berarti membenarkan pandangan yang dibiarkan itu, tetapi mengakui kebebasan
serta hak-hak asasi para penganutnya.
Menurut Lutfiatul
Laili (28 tahun), salah satu guru di SDN Karangtengah menyatakan hakekat atau defenisi “teloransi agama merupakan saling
menghormati dan menghargai terhadap pemeluk agama lain, tidak memaksa mereka
supaya mengikuti agama yang kita anut, dan tidak ikut campur dalam urusan agama
lain.”. Dalam berbangsa peran
teloransi agama sangat penting. Karena “Indonesia pluralisitik dalam agama,
suku, ras, dan budaya, bahasa, dll. Terutama agama yang syah (Islam,
Katholik, Protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Cu) haruslah hidup berdampingan, rukun,
harmonis dan pancasila sangat cocok sebagai ideologi negara yang menjamin kehidupan keagamaan di Indonesia”.
Sikap saling menghormati, menghargai, hidup rukun dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang berbeda agama inilah yang dikembangkan di sekolah dan dapat disebut teloransi agama di sekolah. Sikap ini dapat
dilakukan oleh seluruh orang yang ada di sekolah tersebut.
Ciri-ciri suasana toleransi yang
sudah terlaksana dalam kehidupan kita antara lain:
1.
membiarkan mereka memeluk agama sesuai keyakinannya
masing-masing.
2.
saling menghormati dan menghargai sesama.
3.
tidak memaksakan kehendak kita kepada orang lain.
4.
memberikan hak yang menjadi milik setiap individu.
Sikap
yang harus dihindari dalam mengembangkan sikap toleransi antara lain:
1. sikap
fanatik yang berlebihan yang tidak mau menghargai sesama.
2. menganggap
ajaran agamanya paling benar dan mencampuradukkan ajaran agamanya dengan ajaran
agama yang lain.
3. sikap apatis
atau acuh tak acuh.
Terbinanya
toleransi dalam kehidupan masyarakat akan mewujudkan suasana yang tenang dan
nyaman. Hal tersebut akan menunjang kehidupan masyarakat yang serasi, selaras
dan seimbang.
Pembelajaran
yang dikembangkan selama ini adalah selalu menempatkan guru sebagai pusat
belajar sehingga target pembelajaran adalah ilmu pengetahuan sebagai pemberian
guru kepada siswa (transfer of knowledge) yang berbentuk penguasaan bahan dan
selalu berorientasi pada nilai yang tertuang dalam bentuk angka-angka. Dengan
demikian dominasi guru akan menghancurkan kreativitas dan kemandirian siswa. Di
samping itu penyampaian pembelajaran lebih bersifat teks normatif. Pendidikan
religiositas atau keberagamaan yang seharusnya terbentuk melalui pendidikan
agama terabaikan atau gagal diwujudkan. (Mangunwidjaya, 2000:12).
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi allah hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan (Q.S
AL-Maidah 5:48)
Penegasan terhadap makna toleransi
dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam lingkungan sekolah sebagai salah
satu bentuk dari suatu sistem sosial menjadi pentingnya adanya, sebab jangan
sampai terjadi penolakan terhadap nilai-nilai toleransi hanya dikarenakan
individu atau kelompok merasa cemas dan khawatir bahwa dengan toleransi itu
menjadi bentuk perendahan diri dan pemujaan terhadap orang lain. Toleransi
bukanlah pemberian, perendahan diri, atau pemanjaan. Toleransi terutama
adalah suatu sikap yang aktif didorong oleh pengakuan atas hak-hak asasi manusia
universal dan kebebasan-kebebasan fundamental orang-orang lain. Hal itu tidak
boleh dalam keadaan bagaimana pun dipergunakan untuk membenarkan pelanggaran
nilai-nilai fundamental ini. Toleransi adalah untuk dilaksanakan oleh
orang-seorang, kelompok-kelompok dan Negara-negara. (UNESCO APNIEVE, 2000: 54).
Mengenalkan ajaran agama dan
menanamkan benih-benih keimanan di hati sang anak mulai sejak kecil sangat
penting sebagai pondasi kehidupan beragamanya kelak. Anak di usianya dini
tertarik untuk meniru semua tindak-tanduk ayah ibunya, termasuk yang menyangkut
masalah beribadah. Sebagaimana pendapat Dr Spock yaitu, “Yang mendasari
keimanan anak kepada Allah dan kecintaannya pada Tuhan Yang Maha Pencipta sama
dengan apa yang mendasari kedua orang tuanya untuk beriman kepada Allah dan
mencintai-Nya.” mengenalkan ajaran agama kepada anak usia dini harus
disesuaikan dengan perkembangan aspek-aspek psikologisnya, diantaranya
perkembangan kemampuan berpikir (kognisinya).
Untuk mengenalkan ajaran agama
kepada anak usia dini, haruslah dengan cara memberikan kesempatan kepadanya
untuk mempraktekkan apa yang kita katakan, dengan cara memberikan contoh kepada
anak bagaimana melakukannya.
Pendidikan
agama sejak kecil juga menciptakan anak memahami segala bentuk perbedaan dari
setiap agama yang ada. Juga menjadikan anak memahami bahwa setiap agama tidak
mengajarkan sesuatu yang negatif. Jangankan berlainan agama terkadang satu
agamapun banyak kita temui tentang pemahaman agama dan cara pandang yang
berbeda. Mengapa pula kita tidak melihat semua perbedaan itu menjadi keragaman
yang indah, dan menjelaskan kepada para penerus atau anak anak kita bahwa
perbedaan itu adalah indah.
Orangtua manapun pasti akan berusaha
melindungi keluarga dan anak-anaknya dari pengaruh negatif informasi atau
budaya luar. Satu-satunya cara untuk melindungi memang hanya dengan pemahaman
agama dan iman yang kuat. Apalagi kalau benteng iman dibangun dengan pondasi
yang kuat sejak kecil. Karena sekuat apapun usaha orangtua mengawasi anak tetap
tidak bisa 24 jam penuh, Apalagi orang tua juga bekerja.
Metode khusus untuk mengenalkan
agama pada anak sejak kecil yang paling tepat adalah dengan cara bermain
bersama ketika hendak menperkenalkan hal-hal yang lain. Perlu disadari, belajar
untuk anak kecil cara yang paling tepat adalah dengan bermain, karena dalam
bermain sebenarnya terkandung proses belajar. Untuk pengenalan agama sebaiknya
lebih banyak ditekankan pada masalah akhlak dan etika didahulukan. Mulai dari
nilai-nilai dasar dalam kehidupan sehari-hari, seperti kejujuran, sayang
sesama, sabar, memaafkan, bersyukur, dan sebagainya. Untuk syariah dan tauhid,
kelak seiring dengan pertambahan usia dan perkembangan pengetahuannya bisa
secara bertahap dikenalkan.
Cara
Mengenalkan Agama:
1. Kenalkan Tuhan YME pada anak kecil lewat
ciptaan-Nya, seperti burung yang cantik, bunga yang bewarn-warni, kupu-kupu,
termasuk tubuh kita. Niscaya anak akan lebih mudah memahaminya.
2. Katakan pada anak, kalau ia harus bersyukur memiliki hidung, jadi kita bisa
mencium bau-bauan. Memiliki mata untuk melihat.
3. Kenalkan pada anak tentang sifat-sifat Tuhan. Misalnya maha pemurah,
penyayang, pengasih, dllnya.
4. Anak juga harus dilatih untuk memiliki budi pekerti yang baik, hormat pada
orang tua, sayang terhadap sesama dan bersyukur.
5. Ajarkan pada anak bersikap baik terhadap dirinya sendiri, seperti menjaga
kebersihan. Kalau selesai buang air kecil, ajarkan untuk selalu disiram dan dibersihkan.. Katakan kalau Tuhan mencintai kebersihan.
6. Ajak anak ke rumah ibadah sesuai dengan agama yang dianut.
Sekolah
menjadi lembaga publik yang (sangat) tepat untuk menjelaskan apa makna dan
pentingnya kemajemukan dan tenggang rasa antarsesama. Ini karena di sekolahlah
pola pikir sekaligus pola interaksi anak yang tidak seragam (heterogen) itu
mulai hadir dan terbentuk. Sekolah dengan demikian menjadi “ruang strategis”
untuk membentuk mental atau bagi tumbuhnya watak keberagaman yang kuat.
Dalam
praktiknya, pendidikan toleransi ini tidak hanya dapat digerakkan oleh guru,
tapi juga pengelola sekolah dengan cara memanfaatkan segala fasilitas dan media
yang ada seperti dinding sekolah untuk ditempel gambar berbagai tempat ibadah
semua agama di Indonesia, pakaian adat, rumah adat, kesenian daerah, serta
simbol-simbol keberagaman lain yang merupakan kekayaan negeri. Hal ini amat
penting karena mengenalkan beragam perbedaan dengan mengembangkan sikap
toleransi “melalui gambar” bisa lebih cepat ditangkap (mengena) oleh seorang
anak. Ini karena
nilai-nilai menghargai dan menghormati perbedaan itu pada gilirannya akan
teresap dalam jiwa dan batin anak ketika nanti mereka tumbuh dewasa. Mereka pun
akan tumbuh menjadi insan-insan yang memiliki pola pikir inklusif dan toleran.
Tentu
saja selain di sekolah, tiga ranah yang berperan penting untuk mengajarkan
pendidikan toleransi adalah lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan
lingkungan negara. Pada lingkungan keluarga, seorang ayah dan ibu tentu
memiliki peranan penting. Setiap orang
tua harus sebisa mungkin mengenalkan anak kesayangannya pada perbedaan-perbedaan
sekitar dan mengajak mereka untuk terbiasa menghormati kepada sesama meskipun
berbeda agama, ras, suku, dan golongan.
Sementara
dalam konteks lingkungan masyarakat, para tokoh masyarakat dan ulama sekitar
harus mengajak dan terus berupaya menciptakan sistem kehidupan yang rukun.
Caranya adalah mereka (tokoh masyarakat dan ulama setempat) harus memberikan
teladan tentang perilaku toleran.
Untuk Kelas Rendah
1.
Dengan cara bermain
Memperkenalkan Allah, memperkenalkan
agama pada anak kecil untuk tahap pertama, sebaiknya dilakukan dengan cara
bermain, dengan cara yang menyenangkan. Game, film, buku cerita, lagu atau
media lain yang di era sekarang cukup banyak tersedia bisa digunakan sebagai
alat bantu. Memperkenalkan Allah pada balita harus disesuaikan dengan umurnya.
Cara menyenangkan lebih mudah diterima dan dipahami oleh anak. Buat se-fun
mungkin, biar anak semangat untuk mempelajarinya Misalkan
mengenalkan nilai-nilai moral agama lewat permainan ular tangga dll, yang suka
bukan cuma anaknya, orangtuanya juga.
2.
Gunakan bahasa yang sederhana
Sebaiknya ketika mengenalkan agama
pada anak gunakan bahasa atau kalimat yang mudah dipahami. Mulai dari contoh sederhana menggunakan
contoh dari hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan bisa dilihat
anak akan semakin memudahkan anak belajar tentang agama. Kita bisa mengenalkan
keberadaan Allah lewat
benda-benda yang ada disekitar kita seperti air, pohon, binatang, mama dan
papa, tanah, hujan, matahari, pelangi, sayur, buah, beras dan sebagainya.
Jelaskan pada anak bahwa semua yang
ada disekitar kita ada yang menciptakan dan kita wajib berdoa, mengucapkan
syukur dan berterimakasih pada Allah. “Coba kalau Allah gak menciptakan sayur,
buah, beras, hewan ternak, kita makan apa?” ya dari contoh sederhana dulu biar
anak mudah memahami. Lewat contoh tadi sifat-sifat Allah juga bisa dikenalkan,
seperti Allah itu Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Pemberi, karena Allah sayang
sama adik makanya Allah menciptakan air, tanaman yang indah, binatang yang
lucu-lucu, pelangi, awan, hujan dsb.
3. Jadi contoh
Cara yang paling efektif sebenarnya
adalah dengan memberi contoh lewat perilaku kita. Anak kecil senang mencontoh
apapun yang dia lihat. Belajarnya dengan mengamati. Ketika anak mengamati
orangtuanya kemasjid untuk sholat, membaca Al-Qur’an, puasa, berdoa sebelum
makan, berdoa sebelum keluar rumah, berdoa sebelum tidur, mengucap salam, bertoleransi dan menghargai sesama maka anak pun akan mengikuti.
Bagaimana kita mau mengajarkan ibadah pada anak kalau orangtuanya sendiri tidak
beribadah. Orangtua seharusnya memang tidak hanya mengajarkan dengan bicara
atau nyuruh tapi yang paling penting adalah melakukan.
4. Libatkan
anak
Mengajak anak ketempat ibadah,
tarawih, sholat, atau pengajian baik untuk mengenalkan agama sejak dini. Untuk
anak usia dini, ikut-ikutan ketika menjalankan ibadah tidak mengapa,
kelak seiring bertambahnya usia anak akan mengerti bahwa semua itu merupakan nilai-nilai
yang harus dijalani dalam hidupnya.
Mengingat pentingnya toleransi, maka
ia harus diajarkan kepada anak-anak baik dilingkungan formal maupun lingkungan
informal. Di lingkungan formal contohnya siswa dapat dibekali tentang
nilai-nilai yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama melalui bidang studi
Agama, Kewarganegaraan, ataupun melalui aspek pengembangan diri seperti
Pramuka, PMR, OSIS, dll. Hal yang sama dapat juga dilakukan di lingkungan
informal oleh orang tua kepada anak-anaknya melalui pengajaran nilai-nilai yang
diajarkan sedini mungkin di rumah.
Upaya untuk mengembangkan
nilai-nilai toleransi harus dilakukan dalam berbagai aktivitas dan lingkungan.
Dalam lingkungan masyarakat hal ini menjadi sangat penting, karena demikian
banyak kepentingan yang terdapat di dalamnya. Benturan-benturan akan terjadi
bilamana tidak adanya pengertian, kebersamaan, saling menghargai baik antara
individu, antara kelompok, suku, agama dan berbagai perbedaannya lainnya.
Ada empat cara bagaimana mengajarkan
toleransi pada anak didik sebagai
berikut:
1.
perkenalkan keragaman, anda bisa
mulai dengan memberi pengertian bahwa ada beragam suku, agama, dan budaya. Beri
tahukan pada anak didik meskipun orang lain memiliki agama atau suku yang
berbeda, manusia sebenarnya sama dan tidak boleh dibeda-bedakan;
2.
perbedaan bukan untuk menimbulkan kebencian, ajarkan
pada buah hati bahwa perbedaan yang ada, jangan disikapi dengan kebencian,
karena kebencian akan membuat sedih dan menyakiti hati orang lain;
3.
memberi contoh, jangan hanya memberi tahunya lewat
kata-kata, tetapi juga contoh nyata. Jika bertemu seseorang menggunakan simbol
agama yang cukup ekstrem atau seseorang yang memiliki warna kulit berbeda,
jangan memandangnya dengan penuh keanehan, apalagi mengatakan sesuatu bernada
kebencian dan ledekan;
4.
bertoleransi untuk kedamaian, memberikan sikap
toleransi itu sangat dibutuhkan. Jika tidak ada sikap toleransi, banyak orang
yang akan bermusuhan dan saling membenci (okezone.com)
www.suaramedia.com).
Sekolah adalah gambaran kecil dari
masyarakat. Di dalamnya terdapat siswa yang memiliki latar belakang yang
berbeda-beda, termasuk di dalamnya perbedaan agama Sebagai seorang guru, kita
harus dapat menumbuhkan sikap toleransi pada diri siswa terkhusus kepada mereka
yang berbeda agama. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk
menumbuhkan sikap toleransi diantara mereka adalah dengan membentuk kelompok
belajar yang di dalamnya terdiri dari siswa-siswa yang memliki latar agama yang
berbeda. Dalam kelompok tersebut mereka dapat belajar menghargai pendapat
antara satu dengan yang lainnya. Mereka dapat belajar menerima dan
menghargai terhadap kehadiran penganut agama lain di sekitarnya. Dengan
cara ini diharapkan mereka dapat belajar bersikap toleransi yang pada
akhirnya dapat memunculkan sikap saling mengormati hak dan kewajiban antar umat
beragama mulai dari lingkungan kecil, kelompok dan sekolah, sehingga diharapkan
mereka dapat memiliki sikap toleransi dan dapat menghargai agama lain dalam
lingkup yang lebih besar lagi (masyarakat).
Pentingnya
Toleransi
Toleransi
sesungguhnya berkembang dalam kerangka adanya keberagaman dalam berbagai
dimensi kehidupan, sehingga akan dapat terwujud keserasian dan keharmonisan
hidup, jauh dari konflik-konflik dan ketegangan-ketegangan sosial, lebih-lebih
lagi pertentangan dan permusuhan antar sesama dalam masyarakat majemuk.
Kemajemukan ini tidak hanya dijumpai dalam setting kehidupan sosial masyarakat
yang luas, akan tetapi juga terjadi dalam atau lingkungan sekolah, di mana di
dalamnya siswa saling berinteraksi, saling belajar menghargai perbedaan serta
saling menerima sesuatu karakteristik tertentu yang mungkin pada lingkungannya
tidak pernah ditemui.
Pendidikan toleransi menjadi
agenda mendesak saat ini. Para siswa atau anak didik harus diajarkan tentang
pentingnya keberagaman dan perbedaan. Ini karena menjaga dan melestarikan
keberagaman dalam (hidup) kebersamaan sangat efektif dimulai sejak dini, yakni
dari sekolah.
Sikap toleransi agama dapat terlihat “akrab” baik antara guru dan guru baik
di sekolah maupun di luar sekolah karena di sekolah harus tercipta suasana kekeluaragaan, kebersamaan,
walaupun kita berbeda (plural) karena kita sadar sebagai sebuah keluarga besar
yang hidup bersama saling menghormati, menghargai antar sesama. Hal seperti itu
juga terdapat pada anak didik karena guru
menanamkan sikap saling menghargai, ras kekeluargaan, persaaamaan dan
persaudaraan yang mendalam. Sikap toleran sering dilakukan
seperti sering meminta bantuan dalam menghadapi masalah dan menanyakan pada
agama yang berbeda agar tidak terjadi suatu kesalahpahaman.
Ada
beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dengan menanamkan sikap toleransi,
manfaat tersebut adalah:
1. hidup
bermasyarakat akan lebih tentram
2. persatuan,
bangsa Indonesia, akan terwujud
3. pembangunan
Negara akan lebih mudah
Menghormati perbedaan tidak
berarti menghilangkan identitas diri, karena menghormati perbedaan sesungguhnya
adalah memberikan peluang dan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan karakteristik dirinya. Contoh untuk itu adalah bagaimana
seorang siswa harus belajar menghormati ketika temannya harus melaksanakan
ibadah, menghormati dan memberi kesempatan tatkala temannya harus melaksanakan
tugas-tugas tertentu, atau mungkin memberikan menghormati perbedaan-perbedaan
perilaku dalam koridor yang tidak bertentangan norma-norma umum sekolah.
Pendidikan adalah alat yang paling mangkus (mujarab; majur; berhasil guna)
untuk menghindari nirtoleransi (melahirkan tindakan kekerasan). Langkah pertama
dalam pendidikan toleransi adalah mengajar orang-orang tentang hak-hak
kebebasan-kebebasan bersama (berbagi) mereka sehingga dapat dihormati, dan
mengembangkan kemauan untuk melindungi hak-hak dan kebebasan-kebebasan orang
lain (UNESCO APNIEVE, 2000: 156)
Sebagaimana di lingkungan
masyarakat, nilai-nilai toleransi dan kebersamaan juga menjadi salah satu pilar
yang penting dan mendasar untuk dikembangkan di lingkungan sekolah. Di
lingkungan sekolah pentingnya pengembangan nilai-nilai ini telah disadari
sebagai bagian penting dari keseluruhan kegiatan pendidikan. Telah sejak lama
disepakati bahwa sekolah sebagai bentuk sistem sosial yang di dalamnya terdiri
dari komponen-komponen masyarakat sekolah dengan berbagai latar; ekonomi,
lingkungan keluarga, kebiasaan-kebiasaan, agama bahkan keinginan, cita-cita dan
minat berbeda.
Metode Kw-Di
Tugas utama guru adalah mengorganisir
suasana dan situasi agar dapat dijadikan proses belajar. (Gredler, 1986:157)
Peranan guru dalam memberikan pengetahuan lebih tentang toleransi agama sangat penting karena merupakan suatu keharusan dan tuntutan pendidikan dan pentingnya
menanamkan sikap toleransi beragama guna menciptakan kehidupan beragama yang
selaras, serasi, seimbang dan harmonis demi kesatuan, persatuan dan keutuhan
bangsa dan negara. .
Dalam PP Nomor 19 tahun 2005, dinyatakan bahwa dalam
pendidikan harus ada standar proses, yaitu proses pembelajaran yang
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat dan
perkembangan fisik serta psikologis anak. Berdasarkan pesan PP tersebut, dalam
pembelajaran harus dikemas dengan demikain rupa agar siswa dapat berekspresi
secara bebas, siswa memiliki rasa senang dan nyaman dalam belajar, serta
memiliki keleluasaan dalam mengembangkan materi sesuai dengan bakat dan
minatnya sehingga siswa benar-benar memhamai dan mampu melaksanakan materi yang
diterima. Apabila pembelajaran justru melahirkan situasi dan kondisi dimana
siswa tidak mampu melakukan ekpresi secara bebas, maka religiositas tidak akan
dapat dicapai. (Burhani, 2001:16).
Pembelajaran merupakan proses berinteraksinya seluruh
elemen dalam pembelajaran, seperti, siswa, tujuan, materi, metode, guru,
sarana, lingkungan. Seluruh elemen ini diramu, dikelola guru agar mampu
mewujudkan kualitas siswa sesuai dengan harapan. Pembelajaran berarti
mengoptimalisasikan seluruh elemen atau faktor dengan cara yang sesuai dengan
kapasitas siswa. Pembelajaran harus dikemas dalam suasana yang menyengkan bagi
siswa, karena dnegan suasana yang menyenangkan siswa akan mudah menerima dan
mengembangkan materi yang diberikan dari guru. Banyak anak-anak tidak suka
terhadap materi pelajaran tertentu, bukan disebabkan karena sulitnya materi
pelajaran tersebut, tetapi lebih pada faktor siswa pernah memiliki pengalaman
pahit di masa lalu terhadap pelajaran tersebut. Oleh sebab itu jika pembelajaran
tidak dikemas dengan suasana yang menyenangkan, maka tidak akan dapat
melahirkan pembelajaran religiositas. (Gredler, 1986:160).
Guru diakui atau tidak memiliki peluang sangat besar
dalam mewujudkan kualitas pembelajaran. Meskipun demikian, guru tidak bisa
bersikap dan berperilaku sembarangan. Guru tidak diperbolehkan memiliki
anggapan bahwa dirinya merupakan satu-satunya orang yang paling pintar, siswa
adalah anak yang tidak mengetahui apa-apa (bodoh). Apa yang dikatakan guru
pasti benar dan tidak boleh dibantah. Guru ibarat raja kecil didalam kelas yang
harus ditiru segala ucapan dan tindakannya. Jika asumsi demikian yang ada dalam
diri guru maka pembelajaran religiositas tidak pernah ada. (Gredler, 1986:167).
Metode atau Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat
diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves
a particular educational goal (J. R. David, 1976). Sedangkan menurut kamus
Purwadarminta ( 1976 ), secara umum metode adalah cara yang telah teratur dan
terpikir baik – baik untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal
dari bahasa Inggris yaitu Method artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk
memperoleh sesuatu. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.
Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang
diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan
suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai
bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang
menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu
strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang pelatih tim Sepakbola akan
menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu
pertandingan. Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam
proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar
siswanya mendapat prestasi yang terbaik. Strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp (1995). Dilain
pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama
untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan hal
yang perlu di perhatikan oleh seorang instruktur, guru, widyaiswara dalam
proses pembelajaran.
Paling tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni:
(a) strategipengorganisasian pembelajaran
(a) strategipengorganisasian pembelajaran
(b) strategi penyampaian pembelajaran
(c) strategi pengelolaan pembelajaran.
Metode Pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan,
memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai
tujuan tertentu.
Metode Kw (Karya Wisata)
Metode karyawisata adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dengan membawa murid langsung kepada obyek yang akan
dipelajari di luar kelas.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata berarti siswa-siswa mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam waktu singkat beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari. Dan diharapkan pada pendidik agar bisa mengajarkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata berarti siswa-siswa mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam waktu singkat beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari. Dan diharapkan pada pendidik agar bisa mengajarkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kadang-kadang
dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk
meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Roestiyah mengemukakan:
Karya wisata
bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya
dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah
cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau
obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu
seperti meninjau pabrik pertanian, periakanan, mesium, dan sebagainya.
Teknik karya wisata dapat
disimpulkan memiliki keunggulan sebagai berikut:
a.
Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan
yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami
dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh
disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau
ketrampilan mereka.
b.
Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas
secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan
memperdalam dan memperluas pengalaman mereka.
c.
Dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab,
menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang
dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau
mencobakan teorinya ke dalam praktek.
d.
Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh
bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak
terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan teknik karya wisata ini
masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar
pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai
berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin
jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan
transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti
menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah, maka jangan sampai
mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi
kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila
tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa
untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku
khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.
Penerapan metode karya wisata sangalah
penting diterapkan pada anak-anak sekolah khususnya tingkat SMP, karena meetode
karya wisata ini bertujuan untuk melengkapi pengetahuan yang diperoleh di
sekolah atau, melihat, mengamati, menghayati secara langsung dan nyata mengenai
obyek tersebut, serta menanamkan nilai moral pada siswa.
2.
Kelebihan dan kekurangan metode karyawisata
Setiap metode pengajaran pasti
tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan metode karya wisata ini, pasti ada
kelebihan dan kekurangannya seperti yang kita lihat dibawah ini.
a.
Kelebihan metode karya wisata sebagai berikut :
Karyawisata
menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam
pelajaran.
·
Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi relevan
dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada dimasyarakat.
·
Pelajaran dapat lebih merangsang kreatifitas anak.
·
Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas, mendalam
dan aktual.
b. Kekurangan
metode karya wisata sebagai berikut :
·
Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak
·
Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang
·
Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi
prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan
·
Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap
gerak-gerik anak didik dilapangan.
·
Biayanya cukup mahal.
·
Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas
kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka
panjang dan jauh.
Agar
penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Persiapan
tujuan karya wisata. Untuk menetapkan tujuan ini ditunjuk suatu panitia dibawah
bimbingan guru, untuk mengadakan survei ke objek yang dituju. Dalam kunjungan
pendahuluan ini sudah harus diperoleh data tentang objek antara lain tentang
lokasi, aspek - aspek yang dipelajari, jalan yang ditempuh, penginapan, makan
dan biaya transportasi, bila objek yang dituju jauh.
2. Perencanaan
seperti:
·
Hasil kunjungan pendahuluan ( survei ) dibicarakan
bersama dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi : tujuan karyawisata,
pembagian objek sesuai dengan tujuan,jenis objek sesuai dengan tujuan, jenis
objek serta jumlah siswa
·
Dibentuk panitia secara lengkap, termasuk ketua tiap
kelompok / seksi
·
Menentukan metode mengumpulkan data, mungkin berwujud
wawancara, pengamatan langsung, dokumentasi
·
Penyusunan acara selama karyawisata berlangsung.
Kepada para siswa harus ditanamkan disiplin dalam mentaati jadwal yang telah
direncanakan sehingga pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana
·
Mengurus perizinan
·
Menentukan biaya, penginapan, konsumsi serta peralatan
yang diperlukan
3. Siswa
melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan dalam rencana
kunjungan, sedangkan guru mengawasi, membimbing, bila perlu menegur sekiranya
ada siswa yang kurang mentaati tata tertib sesuai acara.
4. Pembuatan
laporan
Hasil
yang diperoleh dan kegiatan karya wisata ditulis dalam bentuk laporan yang
formatnya telah disepakati bersama.
Metode Di (Diskusi)
Istilah metode berasal dari kata yunani “Metha” dan “Hodos”. Metha
diartikan melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Sedangkan
diskusi adalah kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu “discussus” yang
mempunyai arti memeriksa dan menyelidiki. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi adalah : “Cara belajar
atau mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru, murid
dengan murid sebagai peserta diskusi. Moh. Surya (1975:107) mendefinisikan
diskusi kelompok merupakan suatu proses bimbingan dimana murid-murid akan
mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam
memecahkan masalah bersama. Dalam diskusi ini tertanam pula tanggung jawab dan
harga diri. Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa diskusi kelompok
merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi pembelajaran dengan
jalan bertukar pikiran baik antara guru dengan siswa,atau siswa dengan siswa.
Seiring dengan itu metode diskusi berfungsi untuk memotivasi siswa untuk
berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan
yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara
saja, tetapi memerlukan wawasan pengetahuan yang mampu mencari jawaban atau
jalan terbaik.
Beberapa Jenis Diskusi :
a.
Diskusi Kelompok Besar (Whole Group
Discussion)
Diskusi kelompok besar adalah diskusi yang dilakukan dengan memandang kelas
sebagai satu kelompok,Dalam diskusi ini, guru sekaligus sebagai pemimpin diskusi.
Namun begitu, siswa yang dipandang cakap, dapat saja ditugasi guru sebagai
pemimpin diskusi. Dalam diskusi kelompok besar, sebagai pemimpin diskusi, guru
berperan dalam memprakarsai terjadinya diskusi. Untuk itu, guru dapat
mengajukan permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya sehingga
mendorong nak untuk mengajukan pendapat.
b.
Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group
Discussion)
Diskusi dalam kelompok kecil adalah diskusi dimana kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil terdiri atas 4-5 orang. Tempat berdiskusi diatur agar
siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi ini
biasanya diadakan dipertengahan pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud
menajamkan pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas penguasaan bahan pelajaran
atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.
c.
Diskusi Panel Fungsi utama diskusi
panel, adalah untuk mempertahankan keuntungan diskusi kelompok dengan situasi
peserta besar, dimana ukuran kelompok tidak memungkinkan partisipasi kelompok
secara mutlak. Dalam arti yang sebenarnya panel memberikan pada kelompok besar
keuntungan partisipasi yang dilakukan orang lain dalam situasi diskusi yang
dibawakan oleh beberapa peserta yang terplih. Peserta yang terpilih yang
melaksanakan panel mewakili beberapa sudut pandangan yang dipertimbangkan dalam
memecahkan masalah mereka.
d.
Brain Storming Group Brain storming
group adalah diskusi Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera.
Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan
ialah agar kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan ide-ide
yang yang ditemukannya dianggap benar.
e.
Symposium Yang dimaksud symposium
adalah diskusi yang mana beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu
subjek tertentu dan membacakan di muka peserta simposium secara singkat (5-20
menit). Kemudian dikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah
dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh
panitia perumus sebagai hasil simposium.
Syarat-Syarat Pelaksanaan Metode Diskusi Agar dapat disebut sebagai diskusi
menurut Winataputra, S.U. (2005:14) ada beberapa syarat yang harus harus
dipenuhi, yaitu:
1.
Melibatkan kelompok, yang anggotanya
berkisar antara 3-9 orang,
2.
Berlangsung dalam situasi tatap muka
yang informal, artinya semua anggota berkesempatan saling melihat, mendengar,
serta berkomunikasi secara bebas dan langsung,
3.
Mempunyai tujuan yang mengikat
anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk mencapainya,
4.
Berlangsung menurut proses yang teratur
dan sistematis menuju kepada tercapainya tujuan pembelajaran.
Adapun syarat-syarat pelaksanaan metode diskusi secara umum adalah:
1.
Pendidik menguasai masalah yang
didiskusikan secara utuh
2.
Pokok-pokok masalah yang didiskusikan
agar dipersiapkan lebih awal.
3.
Memberikan kesempatan secara bebas
kepada peserta didik untuk mengajukan pikiran, pendapat atau kritikannya
4.
Masalah yang didiskusikan diusahakan
agar tetap pada pokoknya.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Diskusi Moedjiono, dkk (2000:48) menyebutkan
langkah-langkah umum pelaksanaan diskusi sebagai berikut :
1.
Merumuskan masalah secara jelas
2.
Dengan pimpinan guru para siswa
membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua,
sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya
sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas pimpinan diskusi antara lain: (1) mengatur
dan mengarahkan diskusi, (2) mengatur "lalu lintas" pembicaraan.
3.
Melaksanakan diskusi. Setiap anggota
diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara
berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu
bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.
4.
Melaporkan hasil diskusinya.
Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain.
Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
5.
Akhirnya siswa mencatat hasil
diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap kelompok.
Kelemahan dan Kelebihan Metode
Diskusi
a.
Kelebihan Metode Diskusi Menurut
Arief. A. ( 2002 : 21), disebutkan bahwa diantara keunggulan metode diskusi
adalah antara lain :
1) Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau
pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan
2) Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi,
demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.
3) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti
proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
4) Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib
layaknya dalam suatu musyawarah.
5) Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
6) Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh
prasangka dan sempit.
b. Kelemahan Metode Diskusi Menurut
Roetiyah N.K.(1988:23), bahwa kelemahan penggunaan metode diskusi antara lain :
1) Kadang-kadang bisa terjadi adanya
pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin
pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
2) Dalam diskusi menghendaki
pembuktian logis, yang tidak terlepas dari fakta-fakta; dan tidak merupakan
jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja.
3) Tidak dapat dipakai pada kelompok
yang besar.
4) Biasanya orang menghendaki
pendekatan yang lebih formal.
5) kadang-kadang ada siswa yang
memonopoli pembicaraan, dan ada pula siswa yang pasif.
Cara Mengatasi Kelemahan
Diskusi Kelompok Untuk menghindari berbagai permasalahan dalam penggunaan
metode diskusi guru hendaknya memperhatikan dan memberi motivasi kepada siswa
supaya seluruh siswa ikut serta dalam diskusi. Untuk mengatasi kelemahan atau
segi negatif dari metode ini, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut
:
a) Pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran.
b) Pimpinan diskusi yang diberikan kepada murid, perlu bimbingan dari guru.
c) Guru mengusahakan supaya seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam
diskusi.
d) Mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran berbicara, sementara
siswa lain belajar mendengarkan pendapat temannya.
Jadi teknik yang
dilakukan untuk menanamkan sikap toleransi dengan menggunakan metode karya
wisata yaitu dengan mengajak peserta didik ke tempat ibadah berbagai macam
agama yang ada di Indonesia maupun tempat-tempat bersejarah yang ada kaitannya
dengan agama yang ada di Indonesia, dengan harapan mereka bisa mengetahui
perbedaan antar agama sehingga timbul rasa toleransi agama yang nantinya akan
berpengaruh terhadap persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Setelah metode Karya
Wisata dilakukan, maka langkah keduanya adalah melakukan metode Diskusi agar
semakin tercipta pemikiran yang kritis mengenai apa yang telah dilihat atau
diketahui sebelumnya. Komunikasi dalam mentransfer pengetahuan dilakukan pada
metode ini, sehingga pengetahuan dan pengalaman sangat dibutuhkan demi
kelancaran metode diskusi. Interaksi antar peserta diskusi diharapkan bisa
aktif secara keseluruhan. Dalam diskusi membahas mengenai hal-hal yang telah
diketahui maupun yang belum diketahui untuk mendapatkan suatu pemecahan masalahnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan bangsa majemuk yang artinya masyarakat yang di dalamnya
ada beragama etnis, agama/kepercayaaan, suku bangsa, ras dan sebagainya. Maka
dari itu perlu suatu sikap saling menghargai, dan menghormati yang tercermin
dalam toleransi. Dikaitkan dengan bangsa Indonesia yang multikultur atau multi
agama sangat diperlukan sikap toleransi agama. Teloransi agama merupakan sikap
saling menghormati, mengharagai, dan rukun, tercipta suasana aman, damai, dll
hidup dalam masyarakat multiagama.
Pengembangan sikap toleransi dapat dilakukan sejak dini. Baik di keluarga,
sekolah dan masyarakat. Di keluarga si anak mungkin sedikit mendapat penekanan
tentang toleransi agama hal ini disebabkan beberapa faktor salah satunya orangtua
jarang yang mengetahui tentang toleransi agama. Maka pengembangan sikap
toleransi agama sangat cocok dikembangkan di lembaga-lembaga salah satunya di
sekolah baik sekolah dasar, menengah ke atas dan sebagainya.
Hal yang dapat dilakukan terkait dengan toleransi agama dapat ditempuh
dengan bebagai cara yang dapat dilakukan di sekolah tergantung dari keperluan,
kemapuan dan kesesuaian.
Jadi teknik
yang dilakukan untuk menanamkan sikap toleransi dengan menggunakan metode karya
wisata yaitu dengan mengajak peserta didik ke tempat ibadah berbagai macam
agama yang ada di Indonesia maupun tempat-tempat bersejarah yang ada kaitannya
dengan agama yang ada di Indonesia, dengan harapan mereka bisa mengetahui
perbedaan antar agama sehingga timbul rasa toleransi agama yang nantinya akan
berpengaruh terhadap persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Setelah metode Karya
Wisata dilakukan, maka langkah keduanya adalah melakukan metode Diskusi agar
semakin tercipta pemikiran yang kritis mengenai apa yang telah dilihat atau
diketahui sebelumnya. Komunikasi dalam mentransfer pengetahuan dilakukan pada
metode ini, sehingga pengetahuan dan pengalaman sangat dibutuhkan demi
kelancaran metode diskusi. Interaksi antar peserta diskusi diharapkan bisa
aktif secara keseluruhan. Dalam diskusi membahas mengenai hal-hal yang telah
diketahui maupun yang belum diketahui untuk mendapatkan suatu pemecahan
masalahnya.
3.2 Saran
Untuk pelajaran tetang toleransi agama khususnya di sekolah atau kelembagaan perlu dikembangkan.
Karena kita menyadari ada sesama manusia yang memiliki etnis, ras, suku bangsa,
agama/kerpecayaan yang berbeda-beda. Hendakanya toleransi sebagai pola berpikir
dalam hidup di dalam masyarakat majemuk.
Dengan adanya kesadaran
akan pentingnya toleransi dalam kehidupan beragama, diharapakan akan terjalin
hubungan yang harmonis antar warga Negara yang pada akhirnya akan membawa
kesejahteraan bagi masyarakat dan percepatan pembangunan bagi negeri ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sustrawan.2011.toleransiagamadisekolah.
Hakimlukman.modelpengembanganpendidikantoleransiantarumatberagamamelaluipendidikanagamaislam.
sarinovikameli.2012.mengenalkanagamapadaanak.
yosef.2010.sikaptoleransidalamkehidupanberagamadengansalingmenghormatidanmemeliharahakdankewajibanmasing-masing.
mustaqimyhana.2014.nilai-nilaitoleransisebagaikerangkadasarperdamaian.
perwitaistiqomahfajri.strategiguruPAIdalammembinasikaptoleransiantarumatberagamaterhadapsiswaSMPN1PrambananKlaten.
http://digilib.uin-suka.ac.id/11103/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf/diaksespadatanggal17-11-2015
Saterdag.2013.strategibelajarmengajardenganmetodediskusi.
http://masnibios.blogspot.co.id/diaksespadatanggal10-11-2015
Acehzamanmania.2013.penerapanmetodebelajarkaryawisatapadapembelajaran.
historyjhoulcollection.2012.belajarsejarahdenganmetodekaryawisatasangatmengasyikkan.
https://jhoul.wordpress.com/2012/07/20/belajar-sejarah-dengan-metode-karyawisata-sangat-mengasyikkan/diaksespadatanggal10-11-2015
0 komentar:
Posting Komentar