MAKALAH
MERANCANG
PERENCANAAN PELAKSANAAN BIMBINGAN KARIR DI SD SECARA KOMPREHENSIF BESERTA
CONTOH-CONTOH KONKRITNYA
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian
Akhir Semester 1
matakuliah ”Bimbingan Konseling” yang dibina oleh Dr. Nanik Yuliati M.Pd
Oleh:
Lailatul Musyarrafah
(150210204074)
Kelas B
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul
“Merancang Perencanaan Pelaksanaan Bimbingan Karir di SD secara Komprehensif
beserta Contoh-contoh Konkritnya (di SDN Karangtengah, Kec.
Gayam Kab. Sumenep) untuk memenuhi tugas Ujian
Akhir Semester 1
matakuliah Bimbingan Konseling. Atas dukungan
moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.
Kedua Orang tua penulis karena berkat
do’a, dukungan dan semangatnya, bisa menyelesaikan makalah ini.
2.
Ibu Dr. Nanik Yuliati, M.Pd, selaku guru
Pembimbing, yang memberikan dorongan, masukan kepada penulis.
3.
Semua rekan mahasiswa, yang banyak
memberikan materi pendukung, masukan, serta semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Jember, 24 Nopember 2015
Lailatul Musyarrafah
KATA PENGANTAR
................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................
ii
BAB III20
PENUTUP20
BAB I
PEDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tujuan
Pendidikan nasional yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor. 20/2003 yaitu “beriman
dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki
kepribadian yang mantap dan mandiri, dan memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mengaplikasikan tentang tujuan pendidikan
yaitu di butuhkan suatu Bimbingan, hal itu sesuai dengan PP Nomor. 28-29 tahun
1990 pada dasarnya mengemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
Bimbingan
dan konseling merupakan suatu organisasi yang urgen didalam suatu instansi
sekolah, karena dengan adanya bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan
bisa membentuk siswa yang sesuai dengan harapan atau output yang diinginkan
oleh sekolah.
Bimbingan dan
Konseling mempunyai peran sebagai pelengkap bagi semua segi
pendidikan.
Bimbingan dan Konseling membantu agar proses pendidikan berjalan denga efisien,
dalam arti cepat, mudah dan efektif.3 Bimbingan dan Konseling termasuk dalam
kategori mulok yang dalam artian guru Bimbingan dan Konseling diberi kesempatan
untuk masuk di setiap kelas minimal 1-2 jam pelajaran setiap minggu sekali,
dengan tujuan untuk membentuk siswa yang berakhlak.
RPLBK
(Rencana Pelakasanaan Layanan Bimbingan dan Konseling) dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) ini bisa dikatakan sama dalam segi fungsi yaitu sebagai
panduan untuk memberikan layanan atau pembelajran, tetapi yang membedakan
adalah kalau RPP itu dibuat dan diterapkan oleh guru bidang studi atau mapel.
Sedangkan RPLBK itu dibuat oleh guru BK atau pembimbing.
Di
sekolah, guru BK diberi kesempatan untuk memasuki kelas untuk memberikan
berbagai macam materi yang sesuai dengan kurikulum . Pemberian layanan disini
guru BK bukan hanya memberikan layanan di dalam kelas saja akan tetapi juga
diluar kelas. RPLBK dibuat untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan layanan.
Berarti pembuatan RPLBK dilakukan sebelum melaksanakan suatu layanan kepada
siswa. Atau biasanya dibuat pada awal tahun pelajaran baru. Pada dasarnya
pembuatan RPLBK sudah memperhitungkan baik dari metode, alat, langkah-langkahnya,
dll. Dan apakah didalam pelaksanaan Layanan Bimbingan ini sudah sesuai dengan
apa yang sudah dibuat pada RPLBK. Dan juga apakah dengan adanya RPLBK ini
pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling menjadi lebih efektif.
Pemuda dan pemudi Indonesia harus dapat membuat
keputusan berkenaan dengan pendidikan dan pekerjaan mereka yang sesuai dengan
aspirasi dan kompetensi mereka, serta permintaan dari pasar kerja. Sayangnya
sering kali peserta didik tidak mendapatkan layanan bimbingan dan konseling
yang optimal, termasuk bimbingan karir dari Guru BK/Konselor di sekolah.
Dari
latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat penelitian yang
berjudul: “Merancang Perencanaan Pelaksanaan Bimbingan Karir di SD secara
Komprehensif Beserta Contoh-contohnya”, yang disertai dengan penelitian di SDN
Karangtengah Kecamatan Gayam Kabupaten Sumenep.
1.2 Rumusan
Makalah
Dari latar belakang dan judul di atas penulis mendapatkan beberapa rumusan
masalahsebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana cara menyusun Perencanaan Pelaksanaan
Bimbingan karir di SD?
1.2.2 Mengapa di Sekolah Dasar perlu Bimbingan Karir secara Komprehensif?
1.2.4 Bagaimana
keefektifan Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling terhadap
pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di SDN Karangtengah Kecamatan Gayam
Kabupaten Sumenep?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai
berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana cara
menyusun Perencanaan Pelaksanaan Bimbingan karir di SD?
1.3.2 Untuk mengetahui Mengapa di Sekolah Dasar perlu Bimbingan Karir secara Komprehensif?
1.3.3 Bagaimana keefektifan Rencana Pelaksanaan Layanan
Bimbingan Dan Konseling terhadap pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di
SDN Karangtengah Kecamatan Gayam Kabupaten Sumenep?
1.4
Manfaat Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini, tentu banyak sekali manfaat yang bisa di dapatkan
1.
Penulis
Bisa mengetahui
pentingnya Bimbingan Karir, sehingga dapat memaksimalkan peran sebagai
pembimbing yang nantinya akan dilaksanakan.
2.
Seluruh Mahasiswa
(masyarakat luas)
Dengan
makalah ini, semua mahasiswa bisa mengetahui dan harus mampu menerapkan
cara-cara melakukan Bimbingan Karir pada anak didik nantinya.
3. Manfaat bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara
a)
Menciptakan anak didik yang siap untuk berkarir sesuai
dengan minatnya.
b)
Memiliki SDM yang berkualitas sehingga mampu saing
dalam dunia internasional.
c)
Kualitas pendidikan di Indonesia akan menjadi lebih
baik
1.5 Metode
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunaklan
beberapa teknik atau metode dalam mengumpulakan sumber. Tekniknya dapat dilihat
sebagai berikut:
1.4.1
Teknik Wawancara Mendalam
Menurut Nasution (1982) teknik wawancara dilakukan
untuk mendapatkan data-data yang spesifik dengan memasuki alam pikiran atau
perasaan responden. Adapun teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara sistematis. Wawancara sistematis adalah wawancara yang
dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman tertulis
tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden. Informan yang telah ditetapkan diwawancarai memakai teknik wawancara
mendalam. Agar wawancara mendalam dapat dilaksanakan secara terarah, maka
disusun pedoman wawancara yang memuat pokok-pokok pikiran yang terkait dengan
masalah yang dikaji. Dengan wawancara ini diharapkan bisa berlangsung
fleksibel. Begitu pula informasi yang digali, tidak saja bertumpu pada mereka
ucapkan, tetapi disertai pula dengan penggalian yang mendalam tentang pemaknaan
mereka terhadap ucapan maupun perilaku mereka.
1.4.2
Teknik studi Dokumen
Metode studi dokumen merupakan teknik mengumpulkan
data dengan cara membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. Sumber atau literatur tersebut berupa buku-buku, media cetak dan elektronik, dan sebagainya. Penulis mencari sumber-sumber
tertulis ini pada instansi-instansi yang memiliki dan terkait dengan objek
penelitian.
Arikunto, berpendapat bahwa “metode studi dokumen” merupakan metode pengumpulan data
mengenai hal-hal atau variable yang sama yang berupa catatan, buku, surat
kabar, majalah dan lain-lain (1993: 188).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bagaimana cara menyusun
Perencanaan Pelaksanaan Bimbingan karir di SD?
Sebagai referensi singkat, setiap rencana
layanan menguraikan judul dari kegiatan, tujuan kegiatan (untuk peserta didik),
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan, tingkat kesulitan kegiatan
dimana kegiatan ini dirancang, metode pengajaran (misalnya tugas individu atau
kelompok, permainan dan / atau diskusi, dll.) dan alat bantu pembelajaran yang
diperlukan / materi yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas, dimana sebagian
besar telah diberikan dalam bagian lembar kerja yang diberikan setelah bagian
rencana layanan. Setelah referensi singkat ini, tahapan pembelajaran untuk
setiap kegiatan kemudian dijelaskan, termasuk kegiatan pembukaan, kegiatan
utama dan kegiatan penutup. Pedoman ini akan digunakan oleh Guru BK/Konselor
untuk merencanakan sesi bimbingan karir dan konseling.
Program kerja adalah suatu rangkaian
kegiatan yang disusun dan akan dilaksanakan dalam suatu satuan waktu tertentu
sehingga ada program tahunan, program semesteran, program catur wulan, bulanan,
mingguan dan harian. untuk menyususun program kerja dibutuhkan kegiatan
perencanaan.
·
PRINSIP PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
(DEPDIKBUD 1975)
1.
Program Bimbingan dan Konseling harus diselaraskan dan
dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
2.
Penyusunan program bimbingan dan konseling diawali
dengan needassesmen (penilaian kebutuhan)
3.
Program bimbingan dan konseling harus fleksibel sesuai
dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
4.
Program bimbingan dan konseling disusun secara
berkelanjutan.
5.
Perlu adanya penilaian yang teratur dan terarah
terhadap program bimbingan dan konseling yang disusun.
·
PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN PROGRAM
(GYSBERS DAN HENDERSON 1998)
1.
Program Bimbingan supaya disusun selaras dengan program pendidikan dan
pengajaran dari sekolah yang bersangkutan, dengan memanfaatkan sarana dan
prasarana yang ada di sekolah.
2.
Pada waktu menelaah kebutuhan, masalah dan karakteristik siswa, supaya
mengikutsertakan staf sekolah yang lain.
3.
Program bimbingan perlu diinformasikan pada seluruh staf sekolah, sehingga
mereka dapat memahami dan mau memberi dukungan secara berkesinam-bungan.
4.
Kemampuan staf sekolah dalam bidang bimbingan dan konseling perlu diketahui,
yang meliputi: pengalaman kerja,
pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti, kepribadian, minat terhadap
bimbingan, latarbelakang kehidupannya, dan kemampuan memimpin.
5.
Meneliti macam-macam layanan dan kegiatan-kegiatan lain yang sudah ada dan
dilaksanakan disekolah.
6.
Membuat analisis tentang layanan pokok bimbingan. Program bimbingan yang dibuat
harus mengacup ada hasil analisis tersebut.
7.
Perlu ditentukan siapa yang akan menjadi pemimpin penyusunan program, dan
pembagian tugas masing-masing.
·
Action Play (5W + 1H)
1.
What : Kegiatan apa yang akan dilakukan?
2.
Why : Mengapa kegiatan tersebut penting dilakukan?
(Rasional/latar kebutuhan, tujuan)
3.
Where : Dimana kegiatan tersebut akan dilakukan?
4.
When : Kapan kegiatan tersebut akan dilakukan?
5.
Who : Siapa yang melakukan dan siapa yang dikenai
perlakuan?
6.
How : Bagaimana kegiatan tersebut akan dilakukan
(metode, alokasi waktu, sarana/prasarana, dll)
·
Aspek-aspek sistem manajemen program layanan bimbingan
dan konseling
1) Kesepakatan Manajemen
Kesepakatan manajemen atas program
bimbingan dan konseling sekolah diperlukan untuk mejamin implementasi program
dan strategi peluncuran dalam memenuhi kebutuhana siwa dapat dilakukan secara
efektif. Kesepakatan ini menyangkut pula proses meyakinkan dan mengembangkan
komitmen semua pihak di lingkungan sekolah bahwa program bimbingan dan
konseling sebagai bagian terpadu dari keseluruhan program sekolah.
2) Keterlibatan Stakeholder
Komite Sekolah sebagai representasi
masyarakat atau stakeholder memerlukan penyadaran dan pemahaman akan keberadaan
dan pentingnya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
3) Manajemen dan Penggunaan Data
Program bimbingan dan konseling
komprehensif didukung oleh data. Penggunaan data di dalam layanan bimbingan dan
konseling akan menjamin setiap siswa memperoleh manfaat dari layanan bimbingan
dan konseling. Konselor harus menunjukkan bahwa setiap aktivitas
diimplementasikan sebagai bagian dari keutuhan program bimbingan dan konseling
yang didasarkan atas analisis cermat terhadap kebutuhan, prestasi, dan data
terkait siswa lainnya. Data yang diperoleh dan digunakan perlu
diadministrasikan dengan baik dan cermat. Manajemen data dilakukan secara
manual maupun komputer. Dalam era teknologi informasi, manjemen data siswa
dilakukan secara komputer. Database siswa perlu dibangun dan dikembangkan agar
perkembangan setiap siswa dapat dengan mudah dimonitor. Penggunaan data siswa
dan lingkungan sekolah yang tertata dan dikelola dengan baik untuk kepentingan
memonitor kemajuan siswa, akan menjamin seluruh siswa menerima apa yang mereka
perlukan untuk keberhasilan sekolah. Konselor harus cermat dalam mengumpulkan,
menganalisis, dan menafsirkan data. Kemajuan perkembangan siswa dapat dimonitor
dari : prestasi belajar, data yang terkait dengan prestasi belajar, dan data
tingkat penguasaan tugas-tugas perkembangan atau kompetensi.
4) Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan (action plans)
diperlukan untuk menjamin peluncuran program bimbingan dan konseling dapat
dilaksanakan secara efektif dan efesien. Rencana kegiatan adalah uraian detil
dari program yang menggambarkan struktur isi program, baik kegiatan di sekolah
maupun luar sekolah, untuk memfasilitasi siswa mencpai tugas perkembangan atau
kompetensi.
5) Pengaturan Waktu
Berapa banyak waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen
program perlu dirancang dengan cermat. Perencanaan waktu ini didasarkan kepada
isi program dan dukungan manajemen yang harus dilakukan oleh konselor. Sebagai
contoh, misalnya 80% waktu digunakan untuk melayanai siswa secara langsung dan
20% digunakan untuk dukungan manajerial. Porsi waktu untuk peluncuran
masing-masing komponen program dapat ditetapkan sesuai dengan pertimbangan
sekolah. Misalnya:
1.
Layanan dasar (30-40%),
2.
Responsif (15-25%),
3.
Perencanaan individual (25-35%),
4.
Dukungan sistem (10-15%).
Ini contoh, dan setiap sekolah bisa
mengembangkan sendiri. Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi dan
Bimbingan dan Konseling Perkembangan, perlu ditetapkan waktu secara terjadwal untuk
layanan bimbingan dan konseling klasikal.
6) Kalender Kegiatan
Program bimbingan dan konseling
sekolah yang telah dituangkan ke dalam rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke
dalam bentuk kalender kegiatan. Kalender kegiatan mencakup kalender tahunan, semesteran,
bulanan, dan mingguan.
7) Jadwal Kegiatan
Program bimbingan dapat dilaksanakan
dalam bentuk (a) kontak langsung, dan (b) tanpa kontak langsung dengan siswa.
Untuk kegiatan kontak langsung yang dilakukan secara klasikal di kelas (layanan
dasar) perlu dialokasikan waktu terjadwal 1 – 2 jam pelajaran per-kelas
per-minggu. Mengenai jadwal kegiatan bimbingan, dewasa ini sudah mendapat
legalitas pemerintah, yaitu dengan terbitnya Peraturan Menteri Diknas No. 22
Tahun 2006. Dalam struktur kurikulum yang termaktub dalam Permen tersebut,
tercantum materi pengembangan diri selama 2 jam/minggu, yang berlaku bagi semua
satuan pendidikan dasar dan menengah. Dalam implementasinya, materi
pengembangan diri dilakukan oleh konselor. Sementara kegiatan langsung yang
dilakukan secara individual dan kelompok dapat dilakukan di ruang bimbingan,
dengan menggunakan jadwal di luar jam pelajaran. Adapun kegiatan bimbingan
tanpa kontak langsung dengan siswa dapat dilaksanakan melalui tulisan (seperti
buku-buku, brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah (home visit),
konferensi kasus (case conference), dan alih tangan (referal).
8) Anggaran
Perencanaan anggaran merupakan
komponen penting dari manajemen bimbingan dan konseling. Perlu dirancang dengan
cermat berapa anggaran yang diperlukan untuk mendukung implementasi program.
Anggaran ini harus masuk ke dalam Anggaran dan Belanja Sekolah.
9) Penyiapan Fasilitas
Fasilitas yang diharapkan tersedia
di sekolah ialah ruangan tempat bimbingan yang khusus dan teratur, serta
perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses layanan bimbingan dan
konseling yang bermutu. Ruangan hendaknya sedemikian rupa sehingga di satu segi
para siswa yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa senang, aman dan nyaman,
serta segi lain di ruangan tersebut dapat dilaksanakan layanan dan kegiatan
bimbingan lainnya sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan
konseling. Terkait dengan fasilitas bimbingan dan konseling, disini dapat
dikemukakan tentang unsur-unsurnya, yaitu : (1) tempat kegiatan, yang meliputi
ruang kerja konselor, ruang layanan konseling dan bimbingan kelompok, ruang
tunggu tamu, ruang tenaga administrasi, dan ruang perpustakaan; (2) instrumen
dan kelengkapan administrasi, seperti : angket siswa dan orang tua, pedoman wawancara,
pedoman observasi, format konseling, format satuan layanan, dan format surat
referal; (3) Buku-buku panduan, buku informasi tentang studi lanjutan atau
kursus-kursus, modul bimbingan, atau buku materi layanan bimbingan, buku
program tahunan, buku program semesteran, buku kasus, buku harian, buku hasil
wawancara, laporan kegiatan layanan, data kehadiran siswa, leger BK, dan buku
realisasi kegiatan BK; (4) perangkat elektronik (seperti komputer, dan tape
recorder); dan (5) filing kabinet (tempat penyimpanan dokumentasi dan data
siswa).
Di dalam ruangan itu hendaknya juga
dapat disimpan segenap perangkat instrumen bimbingan dan konseling, himpunan
data siswa, dan berbagai data serta informasi lainnya. Ruangan tersebut
hendaknya juga mampu memuat berbagai penampilan, seperti penampilan informasi
pendidikan dan jabatan, informasi tentang kegiatan ekstra kurikuler, dan
sebagainya. Yang tidak kalah penting ialah, ruangan itu hendaklah nyaman yang
menyebabkan para pelaksana bimbingan dan konseling betah bekerja. Kenyamanan
itu merupakan modal utama bagi kesuksesan pelayanan yang terselenggara. Sarana
yang diperlukan untuk penunjang layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai
berikut.
(1) Alat pengumpul data, baik tes maupun
non-tes.
Alat pengumpul data berupa tes
yaitu: tes inteligensi, tes bakat khusus, tes bakat sekolah, tes/inventori
kepribadian, tes/inventori minat, dan tes prestasi belajar. Alat pengumpul data
yang berupa non-tes yaitu: pedoman observasi, catatan anekdot, daftar cek,
skala penilaian, alat-alat mekanis, pedoman wawancara, angket, biografi dan
autobiografi, dan sosiometri.
(2) Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk
himpunan data.
Alat penyimpan data itu dapat
berbentuk kartu, buku pribadi dan map. Bentuk kartu ini dibuat sedemikian rupa
dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga mudah untuk disimpan dalam
filling cabinet. Untuk menyimpan berbagai keterangan, informasi atau pun data
untuk masing-masing siswa, maka perlu disediakan map pribadi. Mengingat banyak
sekali aspek-aspek data siswa yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan
adanya suatu alat yang dapat menghimpun data secara keseluruhan yaitu buku
pribadi.
(3) Kelengkapan penunjang teknis, seperti
data informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan Perlengkapan
administrasi, seperti alat tulis menulis, format rencana satuan layanan dan
kegiatan pendukung serta blanko laporan kegiatan, blanko surat, kartu konsultasi,
kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan agenda surat.
10) Pengendalian
Pengendalian adalah salah satu aspek
penting dalam manajemen program layanan bimbingan dan konseling. Dalam
pengendalian program, koordinator sebagai pemimpin lembaga atau unit bimbingan
dan konseling hendaknya memiliki sifat sifat kepemimpinan yang baik yang dapat
memungkinkan tercisekolahanya suatu komunikasi yang baik dengan seluruh staf
yang ada. Personel-personel yang terlibat di dalam program, hendaknya
benar-benar memiliki tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap tugas-tugas
yang diberikan kepadanya maupun tanggung jawab terhadap yang lain, serta
memiliki moral yang stabil.
Pengendalian program bimbingan ialah : (a) untuk
mencipakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf bimbingan yang
ada, (b) untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan
(c) memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan program yang telah
direncanakan.
Pengawas dapat melakukan pengawasan
dan pembinaan : apakah program bimbingan dan konseling yang disusun
dilaksanakan sesuai dengan rancangan program?. Apakah terdapat dokumentasi
sebagai indikator pencatatan pelaksanaan program?. Pengawas dapat berdiskusi
dengan konselor program-program mana yang sudah dilaksanakan?, apa hambatan
yang ditemui pada saat melaksanakan program?, apakah dapat diidentifikasi
keberhasilan yang dicapai program?, apakah dapat diperoleh informasi dampak
langsung maupun tidak langsung pelaksanaan program terhadap siswa, pendidik
maupun institusi pendidikan?. Pengawas juga diharapkan memberikan dorongan dan
saran-saran bagaimana program-program yang belum terlaksana dapat dilakukan.
Pengawas harus mengembangkan diskusi bersama pimpinan sekolah dan konselor
berkenan dengan dukungan kebijakan, sarana dan prasara untuk keterlaksanaan
program.
Pertanggungjawaban (Acountability)
Evaluasi program layanan bimbingan dan konseling komprehensif
ini akan menggunakan tiga jenis evaluasi yaitu evaluasi personalia, evaluasi
program dan evaluasi hasil. Menurut Gysbers & Henderson (2012:353), evaluasi dalam bimbingan dan
konseling bersifat sistematis dan bertujuan untuk mengukur akuntabilitas
program bimbingan dan konseling itu sendiri. Jenis evaluasi yang sistematis
terdiri dari :
1. Evaluasi
personalia
Jenis evaluasi ini juga sering diistilahkan sebagai
evaluasi kinerja konselor. Evaluasi ini merupakan upaya untuk mengukur kinerja
konselor dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling Melalui evaluasi
ini, konselor diharapkan mampu bercermin diri dan melakukan perbaikan kemampuan
profesional secara kontinyu. Pada bagian ini penting untuk konselor mengadakan
evaluasi diri sebagai salah cara untuk bercermin diri untuk berbuat lebih baik
ke depannya.
2. Evaluasi
program
Evaluasi ini bertujuan membandingkan status
pelaksanaan program dengan standar-standar program yang telah ditetapkan
sebelumnya. Seringkali, evaluasi program ini disebut pula evaluasi formatif
karena ditujukan untuk menilai tingkat pengimplementasian program BK.
3. Evaluasi
Hasil
Evaluasi ini berorientasi pada dampak layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling terhadap siswa, sekolah, dan lingkungan
(komunitas). Evaluasi ini disebut juga sebagai evaluasi sumatif, yakni
penilaian yang dilakukan di akhir pelaksanaan suatu program untuk menilai outcome
dan impact dari suatu program.
Pada
bagian ini menyusun rencana evaluasi yang akan digunakan sebagai pertanggung
jawaban hasil layanan bimbingan dan konseling komprehensif. Laporan hasil
memastikan program yang dilakukan, menganalisis efektivitas dan ada perubahan
atau tidak dan selanjutnya diperbaiki sesuai dengan kebutuhan.
Laporan
hasil berfungsi sebagai alat untuk :
a. Memastikan
program apakah sesuai dengan yang direncanakan
b. Memastikan
semua siswa dilayani
c. Memastikan
bahan yang diguankan sesuai dengan tugas perkembangan
d. Mendokumentasikan
proses program, persepsi, dan data hasil
e. Mendokumentasikan
layanan segera, jangka menengah, dan jangka panjang.
f.
Menganalisis efektivitas program
g. Berbagi
keberhasilan program
h. Meningkatkan
program.
i.
Mendukung perubahan sistematis di sistem
sekolah.
2.2 Mengapa di Sekolah Dasar perlu Bimbingan Karir secara Komprehensif?
Bimbingan karier di sekolah dasar tidak dimaksudkan
untuk mengarahkan anak melakukan pilihan pilihan prematur. fokusnya malahan
akan kesadaran akan pilihan pilihan yang bakal tersedia , cara cara
mengantisipasi dan merencanakannya ,serta hubungannya dengan cirri cirri
pribadi .banyak murid yang perlu mengetahui bahwa mereka akan mempunyai
kesempatan kesempatan untuk memilih dan kompetensi untuk melaksanakannya .murid
murid ini juga perlu menyadarinya ,bagaimana mereka berubah ,dan bagai mana
mereka dapat menggunakan penggalaman penggalaman sekolah untuk menjelajah dan
bersiap guna menyongsong masa depan .
Diantara asumsi asumsi yang
menyebabkan bimbingan karier mendapatkan kepercayaan disekolah dasar adalah
sebagai berikut: (1). Kesadaran bahwa gaya gaya prilaku memilih pada masa
remaja dan dewasa di pengaruhi oleh tipe tipe pengalaman perkembangan yang
berlangsung pada masa kecil ;(2) terbukti bahwa banyak materi dan teks yang
digunakan disekolah sekolah dasar mengambarkan dunia kerja atau dunia
pendidikan dimasa depan secara tidak seksama dan membantu perkembangan yang
tidak perlu mengenai tipe okupasi okupasi menurut jenis kelamin atau pandangan
pandangan yang sempit mengenai kesempatan kesempatan pendidikan atau
okupasional yang tersedia ;dan(3) pengakuan bahwa perasaan perasaan mengenai
kompetensi pribadi menghadapi masa depan tumbuh dari pengetahuan tentang
kelebihan kelebihan .cara cara untuk memodifikasi kelemahan kelemahan
,keterampilan keterampilan dalam merencanakan dan menggunakan sumber sumber
eksploratoris yang tersedia ,pemahaman tentang hubungan hubungan antara
persekolahan dan penerapannya dalam pekerjaan serta peranan peranan masyarakat
lainnya(Herr&Cramer,1984:21)
Bimbingan karier sejak permulaan
kelahirannya diperlukan sebagian karena komleksitas dunia kerja .Walaupun dunia
kerja ini ,juga ini telah diketahui oleh person dan tokoh tokoh bimbingan
karier terdahulu lainnya,akan tempak sederhana bila di bandingkan dengan
masyrakat ilmiah dan teknologi dewasa ini, dapat dipastikan bahwa program
program bimbingan karier dari generasi generasi, sangat bermanfat dalam
membantu ribuan anak muda dalam keputusan keputusan ,penempatan penempata dan penyesuaian
penyesuaian kariernya .
Dunia kerja dewasa ini terus
meningkat dalam ruang lingkupdan komlek sitasnya .sehingga kebutuhan akan
bimbingan karier jauh lebih bersar dari pada sebelumyan.di amerika serikat
lebih dari 35 ribu jenis pekerjaan yang tercatat pada dictionary of
occkupational titles (1965).sehingga jelas sekali bahwa kemungkinan kemungkinan
pilihan occovasional tidak terbayangkan.
Berbagai jenis pengalaman yang harus
disediakan yang mengakui berbagai latar belakang dan kebutuhan murid murid dari
berbagai latar belakang.
Anak Sekolah Dasar
pada dasarnya anak-anak pada usia
sekolah dasar secara has terbuka kepada dan berintraksi dengan rentang stimuli
yang luas dan berbagai perilaku. Dalam antusiasme dan keingin tahuannya yang
tak terkendalikan, mereka belum dipaksa oleh realitas realitas sosial yang
mengganggu dan yang mengubah persepsi-persepsi dari saudara-saudaranya yang
lebih tuah dan banyak orang dewasa dimana mereka beridentifikasi.
Maslow (1959 ) mengemukakan hierarki
kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai berikut: 1. kebutuhan-kebutuhan fisiologis,
2.kebutuhan-kebutuhan keamanan, 3.kebutuhan akan keikut sertaan dan kecintaan,
4.kebutuhan akan penghargaan, harga diri , kebebasan dan dianggap penting,
5.kebutuhan akan impormasi, 6.kebutuhan akan pengertian, 7.kebutuhan akan
keindahan, 8.kebutuhan akan aktualisasi diri.
Tujuan tujuan bimbingan karier di
sekolah dasar. Tujuan-tujuan bimbingan karier disekolah dasar adalah tujuan
memberikan pengalaman-pengalaman sehingga murid-murid dapat mengerjakan yang
berikut (Herr, 1976: 1-2 ):
1.
Menyadari bahwa memahami kelebihan kelebihan,
nilai-nilai dan perepensi-perepensi seseorang merupakan pondasi bagi
pilihan-pilihan pendidikan dan okupasional
2.
Mengerti bahwa adalah mungkin mencapai tujuan tujuan
masa depan dengan perencanaan dan persiapan yang dilakukan sekarang.
3.
Mencapai kesadaran akan kompetensi pribadi untuk
memilih dan memenuhi syarat syarat dari alternatif alternatif pendidikan
danokupasional.
4.
Mempertimbangkan imlikasi imlikasi dari perubahan dalam
diri, pilihan pilihan, dan hubungannya dengan kebutuhan akan lanjutan
pendidikan selama hidup
5.
Memahami kesamaan kesamaan antara keterampilan
keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan pribadi
6.
Mengembangkan dari dasar impormasi yang tidak menyimpang
dan tidak stercotif untuk menjadi pedoman merencanakan keputusan keputusan
pendidikan dan okupasional selanjutnya
7.
Memahami bahwa persekolahan terdiri dari banyak
kesempatan umtuk menge plorasi dan mempersiapakan kehidupan
8.
Mengenal hungan hubungan antara keterampilan
keterampilan akademik membaca,menulis,berhitung dan bahan pelajaran lainnya dan
bagai mana hal ini digunakan dalam pilihan pilihan pendidikan dan pekerjaan
dimasa depan
9.
Mengidentifikasi okupasi okupasi dimana orang orang
berkerja dengan oaring lain dengan ide ide, atau dengan bends benda.
10. Memperhitungkan
hubungan hubungan antara okupasi karier dan gaya hidup.
11. Mengambarkan
maksud yang pekerjaan sajian untuk orang orang yang tidak sama
12. Mempertimbangkan
pentingnya penggunaan efektif dari waktu luang.
Norriss(1963:Herr&Cramer,1984:223).
Menyarankan konsekuensi bimbingan karier di sekolah sekolah dasar ,khususnya
yang berkenaan dengan informasi okupasional:
Taman kanak kanak. Anak mempelajari
tentangaktivitas aktivitas kerja ibunya, ayahnya dan angota anggota rumah
tangga lainnya
·
Kelas I Anak belajar tentang perkerjaan dalam
lingkungan yang dekat –rumah,sekolah,dan tetangga.
·
Kelas II Anak belajar tentang pemberi pemberi bantuan
jasa dalam masyarakat yang melayaninya dan juga tentang tokoh tokoh dan usaha
usaha tetangganya yang dikenalnya.
·
Kelas III Anak meluaskan studi studinya dalam
masarakat .penekananya pada tranfortasi ,komunkasi dan industri indistri utama
lainnya.
·
Kelas IV Anak belajar tentang dunia kerja pada tingkat
provinsi termasuk iindistri indusri utama pada provinsi itu .
·
Kelas V Studi studi anak diperluas sehingga meliputi
kehidupan industri nasional .industri industri utama di berbagai bidang bagian
dari Negara di pilihnya .
·
Kelas VI Program anak diperluas sehingga mencakup seluruh
bagia dunia (Halverson,1970:56;Herr&Cramer,1984:223).
Visi misi sekolah disesuaikan dengan tujuan institusional. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bab V pasal 26 (2) dijelaskan
standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Selain menjelaskan visi dan misi sekolah juga merumuskan visi dan misi
bimbingan dan konseling yang sejalan dengan pencapaian visi dan misi sekolah.
·
Manfaat Bimbingan Karir
a. Siswa akan memperoleh pengetahuan diri yang diperlukan
untuk mengetahui dunia kerja dan membuat informasi
1.
Mengembangkan
pengetahuan diri melalui pengalaman dan eksplorasi.
2.
Memahami
diri di dunia kerja.
3.
Memahami
hubungan antara pekerjaan, masyarakat, dan ekonomi.
b.
Siswa
akan memanfaatkan strategi untuk karir dan perencanaan pendidikan.
1. Belajar untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan karir dan rencana pendidikan.
2. Mengembangkan keterampilan untuk menemukan,
mengevaluasi, dan menginterpretasikan informasi karir.
3. Pengalaman dunia kerja.
2.3 Bagaimana keefektifan Rencana
Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling terhadap pelaksanaan Layanan
Bimbingan dan Konseling di SDN Karangtengah Kecamatan Gayam Kabupaten Sumenep?
Menurut pendapa Ibu Lutfiatul Laili, S.Pd (salah satu
guru di SDN Karangtengah) “bimbingan karir di SD sangat dibutuhkan karena
merupakan suatu proses membantu anak didik untuk mengerti dan menerima gambaran
tentang dirinya, gambaran tentang dunia kerja, mempertemukan gambaran tentang
dirinya dan dunia kerjanya untuk mendapatkan masa depan yang baik dan layak”.
Di SDN Karangtengah berbagai strategi dalam bimbingan karir secara komprehensif
diterapkan sesuai dengan kurikulum yang diterapkan.
1. Strategi untuk Layanan
Dasar Bimbingan
a) Bimbingan Klasikal
Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran
program yang telah dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung
dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan layanan
bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian
layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat
bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran,
yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh
tentang sekolah yang dimasukinya. Kepada siswa diperkenalkan tentang berbagai
hal yang terkait dengan sekolah, seperti : kurikulum, personel (pimpinan, para
guru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan, laboratorium,
tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan
fasilitas sekolah lainnya. Sementara layanan informasi merupakan proses bantuan
yang diberikan kepada para siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang
dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak
langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur,
leaflet, majalah, dan internet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal
dapat mempergunakan jam pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan
bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas.
b) Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui
kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk
merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didiskusikan dalam
bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem)
dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat
menghadapi ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan
untuk mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan
produktif.
c) Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua
pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas.
Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh
informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya),
membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan
yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya :
(a) menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi
belajar siswa; (b) memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam; (c)
menandai siswa yang diduga bermasalah; (d) membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar melalui program remedial teaching; (e) mereferal
(mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing; (f) memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran
dengan bidang kerja yang diminati siswa; (g) memahami perkembangan dunia
industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada
siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan
kerja, dan prospek kerja); (h) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam
aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru
merupakan “figur central” bagi siswa); dan (i) memberikan informasi tentang
cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.
d) Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang Tua
Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbingan, konselor
perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini penting
agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi
juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya
saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan
orang tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang
mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat
dilakukan beberapa upaya, seperti : (1) kepala sekolah atau komite sekolah
mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah (minimal satu semester satu
kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2) sekolah
memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar
atau masalah siswa, dan (3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya
di rumah ke sekolah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku
sehari-harinya.
2. Strategi untuk Layanan
Responsif
a) Konsultasi
Konselor memberikan layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau pihak
pimpinan sekolah dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam memberikan
bimbingan kepada para siswa.
b) Konseling Individual atau Kelompok
Pemberian layanan konseling ini ditujukan untuk membantu para siswa yang
mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Melalui konseling, siswa (klien) dibantu untuk
mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan
masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat
dilakukan secara individual maupun kelompok. Konseling kelompok dilaksanakan
untuk membantu siswa memecahkan masalahnya melalui kelompok. Dalam konseling kelompok
ini, masing-masing siswa mengemukakan masalah yang dialaminya, kemudian satu
sama lain saling memberikan masukan atau pendapat untuk memecahkan masalah
tersebut.
c) Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah
klien, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan klien kepada pihak
lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian.
Klien yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti
depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit
kronis.
d) Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa
terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan
latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi
sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga
berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan
informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat
layanan bantuan bimbingan atau konseling.
3. Strategi untuk
Layanan Perencanaan Individual
a) Penilaian Individual atau Kelompok (Individual or small-group
Appraisal)
Yang dimaksud dengan penilaian ini adalah konselor bersama siswa
menganalisis dan menilai kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi belajar
siswa. Dapat juga dikatakan bahwa konselor membantu siswa menganalisis kekuatan
dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas
perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui
kegiatan penilaian diri ini, siswa akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan
pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.
b) Individual or Small-Group Advicement
Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk menggunakan atau
memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi,
sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan
merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan
dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (2)
melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah
ditetapkan, dan (3)mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.
4. Strategi untuk
Dukungan Sistem
a) Pengembangan Professional
Konselor secara terus menerus berusaha untuk “meng-update” pengetahuan dan
keterampilannya melalui (1) in-service training, (2) aktif dalam organisasi
profesi, (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop
(lokakarya), atau (4) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi
(Pascasarjana).
b) Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua,
staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah, dan
swasta) untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan
yang telah diberikannya kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang
kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan
kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain strategi ini
berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur
masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan.
Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2)
instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti
psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua siswa, (5) MGBK (Musyawarah Guru
Bimbingan dan Konseling), dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa
kerja/lapangan pekerjaan).
c) Manajemen Program
Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan
tercisekolaha, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem
pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas,
sistematis, dan terarah. Mengenai arti manajemen itu sendiri Stoner (1981)
mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: “Management is the process of
planning, organizing, leading and controlling the efforts of organizing members
and of using all other organizational resources to achieve stated
organizational goals”.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
·
Aspek-aspek sistem manajemen program layanan bimbingan
dan konseling
1)
Kesepakatan Manajemen
2)
Keterlibatan Stakeholder
3)
Manajemen dan Penggunaan Data
4) Rencana
Kegiatan
5) Pengaturan Waktu
6)
Kalender Kegiatan
7) Jadwal
Kegiatan
8) Anggaran
9) Penyiapan
Fasilitas
10) Pengendalian
·
Pertanggungjawaban
(Acountability)
1.
Evaluasi personalia
2.
Evaluasi program
3.
Evaluasi Hasil
·
Manfaat Bimbingan Karir
a.
Siswa
akan memperoleh pengetahuan diri yang diperlukan untuk mengetahui dunia kerja
dan membuat informasi
b. Siswa akan memanfaatkan strategi untuk karir dan
perencanaan pendidikan.
1. Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan
2. Strategi untuk Layanan Responsif
3. Strategi untuk Layanan Perencanaan Individual
4. Strategi untuk Dukungan Sistem
3.2
Saran
Dari
hasil penelitian ini, peneliti menyarankan: (1) Bagi guru BK dan konselor
sekolah, disarankan mau membuka diri (open mind) terhadap perkembangan yang
terjadi, seperti memanfaatkan model terbaru (KKU) dalam pengembangan dan
penyusunan program BK di sekolah. Oleh karena KKU saat ini dianggap sebagai
salah satu implementasi dari konsepsi BK-Komprehensif, (2) Bagi kepala sekolah,
sebaiknya memberikan keleluasaan guru BK dan konselor sekolah dalam upaya
mencoba menerapkan model-model yang baru, (3) Bagi peneliti, disarankan
melakukan penelitian lanjutan terutama berkaitan dengan membandingkan beberapa
model dan pola pengembangan dan penyusunan program BK yang paling efektif. Bila
perlu, melakukan penelitian yang mampu melahirkan suatu model pengembangan dan
penyusunan program BK di sekolah yang komprehensif dan efektif disesuaikan
dengan kondisi sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Playtech Casinos - Jtm Hub
BalasHapusBest Playtech Casinos in 김천 출장안마 the UK · Casino Kings · Casino Kings · Casino Party · Casino 광명 출장안마 Party 안산 출장안마 · Casino of Chance · 부산광역 출장안마 Casino Best 광양 출장안마 Playtech Casino · Best Casino Bonuses · Games